Neng Eem Pertanyakan Perubahan Konsesi KCJB Usai Pemberian PMN

18-03-2022 / KOMISI V
Anggota Komisi V DPR RI Neng Eem saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI dengan Dirut KCIC di Depo Tegalluar, Bandung, Jawa Barat, Kamis (17/3/2022). Foto : Mentari/mr

 

Anggota Komisi V DPR RI Neng Eem mempertanyakan skema pembiayaan proyek strategis nasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), yang semula berasal dari Chinese Bank, namun dalam perjalanannya pemerintah memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) melalui konsorsium BUMN. Ditambah lagi belum ada perubahan konsesi setelah pemerintah memberikan PMN di proyek infrastruktur nasional ini.

 

“Kami tanyakan, (proyek) yang asalnya itu dibiayai dari Chinese Bank ternyata justru ada kenaikan (anggaran) Rp27 triliun, dari pemerintah terus ditambah lagi PMN. Karena KCIC (PT Kereta Cepat Indonesia-China) itu konsorsium dengan BUMN. Tadinya saya juga senang karena ini akan mengubah konsesi, tapi ternyata memang belum ada pembahasan konsesi setelah PMN ini,” ujar Neng Eem di sela-sela pertemuan Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI dengan Dirut KCIC di Depo Tegalluar, Bandung, Jawa Barat, Kamis (17/3/2022).

 

Selain itu, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut juga menyayangkan perubahan rute KCJB, yang semula Stasiun Walini menjadi Stasiun Padalarang. Sangat disayangkan, karena menurutnya jika di Walini lebih mendukung mobilitas masyarakat daerah Kabupaten Bandung Barat. Sebaliknya jika di Padalarang sudah banyak akses yang sudah tersedia, terlebih Padalarang termasuk daerah perkotaan.

 

“Sebenarnya agak kecewa, karena dulu itu kan sebenarnya bukan Padalarang. Di awal tahun lalu itu justru Walini, yang berarti kan agak ke daerah Kabupaten Bandung Barat. Kalau itu kan cocok, harapan saya sebenarnya kereta cepat ini justru melewati daerah-daerah yang memang moda transportasinya masih jarang. Misalkan mungkin dari Jakarta lewat Jawa Barat bagian selatan, tapi nanti masuk lagi ke kota saya kira seperti itu. Kalau begitu sudah jelas dia akan berdampak terhadap perekonomian yang dilewati,” jelas Neng Eem.

 

Terakhir, Neng Eem mengatakan jika kerja sama memang mempertimbangkan agar bisa segera balik modal. Berbeda dengan pemerintah yang seharusnya mementingkan atau mengutamakan kebutuhan masyarakat serta dampak ekonominya terhadap masyarakat sekitar. "Namanya juga kerja sama ya, kalau kerja sama memang seperti itu jadi harus seimbang antara agar bagaimana modal bisa cepat balik ya dengan itu dampaknya. Nah kalau pemerintah seharusnya memang melihat dari yang berdampak terhadap ekonomi yang meningkat itu urgensinya, manfaat untuk masyarakat itu,” tandas legislator dapil Jabar III itu. (mri/sf)

BERITA TERKAIT
Roberth Rouw Soroti Efisiensi BUMN dan Infrastruktur Bandara Halim
04-02-2025 / KOMISI V
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi V DPR RI Roberth Rouw melakukan kunjungan kerja ke Bandara Halim Perdanakusuma untuk meninjau...
Musa Rajekshah Soroti Masalah Kenaikan Tarif Layanan dan Pengembangan Pelabuhan
04-02-2025 / KOMISI V
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi V DPR RI, Musa Rajekshah mengungkapkan beberapa persoalan terkait sektor pelabuhan yang hingga kini masih...
Kemhub Harus Maksimalkan Potensi PNBP Perhubungan Laut
04-02-2025 / KOMISI V
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi V DPR RI, Danang Wicaksana Sulistya, meminta Kementerian Perhubungan untuk memaksimalkan potensi Penerimaan Negara Bukan...
Lasarus: Digitalisasi Pelabuhan Tanjung Priok Efektif Tingkatkan PNBP
04-02-2025 / KOMISI V
PARLEMENTARIA, Jakarta – Ketua Tim Kunjungan Lapangan Komisi V DPR RI ke Pelabuhan Tanjung Priok, Lasarus, mengapresiasi penerapan sistem manajemen...