Stigma Negatif NTT Harus Dihapus
Kesan negatif terhadap Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang selama ini dikenal sebagai daerah yang kering, tandus sehingga masyarakatnya dalam kondisi kemiskinan dan ketertinggalan harus dihapus. Provinsi NTT yang sering diindektikkan dengan Nasib Tidak Tentu (NTT) dan Nanti Tuhan Tolong (NTT) harus diganti Nasib Terus Top (NTT).
“Saya tidak setuju dengan stigma negatif tersebut dan harus segera dihapus. Pasalnya potensi NTT baik sumber daya alam (SDA), pariwisata maupun kebudayaan sangat menjanjikan,” kata Ketua Tim Kunjungan Kerja Komisi X DPR Nuroji saat menggelar pertemuan dengan Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan jajaran, pekan lalu di Kupang.
Tim kunker Komisi X dalam rangkaian acaranya selain mengadakan pertemuan dengan Gubernur juga meninjau sekolah-sekolah rusak seperti SMA Negeri I dan SMP Negeri I Kupang Timur, juga SD Negeri Kelapa Tinggi Kupang Tengah, Kantor Perpustakaan Provinsi serta mengunjungi wisata Pantai Lasiana dan berdialog dengan kalangan Perguruan Tinggi di Universitas Nusa Cendana Kupang.
Dalam kunjungan dan berdialog dengan masyarakat serta anak-anak sekolah, kata Nuroji disambut dengan wajah-wajah ceria dan bernyanyi penuh semangat. “Tidak ada gambaran pesimis, semua optimis dan semangat untuk membangun,” tegasnya.
Bersama anggota DPR asal NTT Jefirtson Riwu Kore, kata Nuroji dalam rapat kerja dengan pemerintah selalu memperjuangkan NTT khususnya untuk pendidikan yang merata dan berkeadilan. Daerah tertinggal seperti NTT yang PAD dan APBDnya rendah selayaknya diberi lebih banyak. “ Pemerataan tidak harus sama rata, tetapi melihat kebutuhan dan ketertinggalan masing-masing provinsi,” ungkapnya dengan menambahkan bahwa DPR harus berpihak pada daerah-daerah yang membutuhkan.
Gubernur NTT Frans Lebu Raya menjelaskan, sejak tahun 2011 pihaknya telah memprogramkan Desa Mandiri Anggur Merah. Anggur merah kepanjangan dari: anggaran untuk rakyat menuju sejahtera. Dimana-mana ada kemiskinan tidak hanya di NTT, tetapi dengan keras, kemiskinan bisa diturunkan. “ Kami akan hapus stigma negatif NTT itu,” jelas dia.
Untuk mendukung program anggur merahnya, Pemprov. NTT mengalokasikan anggaran Rp 250 juta/desa dan pada APBD 2015 tetap meneruskan program tersebut. “Bagi kami kalau desa kuat, negara jaya dan berbagai masalah bisa diselesaikan. Mohon dukungan Komisi X agar NTT bisa cepat maju,” tutup Frans menegaskan. (mp)/foto:mastur/parle/iw.