Helikopter Presiden Sebaiknya Produk Dalam Negeri
Presiden Jokowi kemungkinan akan mengganti helikopter Super Puma dengan helikopter jenis Agusta Westland AW101. Heli jenis Super Puma sudah digunakan selama 13 tahun Presiden, yakni dibuat tahun 2000 dan dipakai sejak 2002.
Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin sebelum menghadiri Rapat Paripurna DPR, Selasa (24/11/2015) menyampaikan dukunganya atas rencana penggantian helikopter Presiden dan menjadi sarana transportasi Presiden ketika mengunjungi daerah-daerah terpencil di Indonesia. “Demi keamanan sudah selayaknya diganti helikopter yang menjadi tunggangan Presiden,” ungkap TB Hasanuddin.
Namun, TB Hasanuddin meminta agar pemerintah mempertimbangkan pembelian helikopter AW101 buatan Italia. Penggantian helikopter presiden tak harus dengan AgustaWestland AW101. Apalagi dari segi harga, Super Puma lebih murah daripada helikopter buatan Italia tersebut.“Kenapa bukan Super Puma terbaru yang merupakan buatan anak negeri,” ungkapnya.
“Heli ini (AW101) memang cukup canggih dengan interior yang mewah dan space yang lebar. Sehingga cukup nyaman untuk dipakai oleh VVIP. Tapi harganya, menurut informasi sekitar US$ 55 juta, Cukup mahal bila dibandingkan dengan Super Puma yang harganya hanya US$ 35 juta, sehingga harga satu unit Super Puma, maksimal sekitar US$ 40 juta. Dengan membeli produk dalam negeri, maka negara untung sebesar 30 persen dari harga dasar, setidaknya dalam bentuk material dari dalam negeri,"terang Hasanuddin.
Lebih lanjut, Politisi Partai PDI Perjuangan ini menegaskan bahwa perawatan dan pengadaan suku cadang Super Puma buatan dalam negeri akan lebih murah dan terjamin. “Tidak seperti AW101, yang pasti lebih mahal dalam status impor," terangnya.
Bukan hanya itu, jelasnya dengan status impor tersebut, bisa jadi Indonesia sewaktu-waktu akan terkena embargo, sehingga tidak bisa mendatangkan suku cadang dan perawatan.
"Kalau bangga dengan Indonesia, belilah produk dalam negeri Super Puma terbaru. Produk PT DI adalah Jenis EC 225 yang lebih besar dan di customize untuk menjadi VVIP kepresidenan," jelasnya.
TB Hasanuddin yang juga Anggota Komisi I ungkapkan bahwa Super Puma EC 225 sudah di gunakan oleh banyak negara. Bahkan digunakan. Sebagai helikopter keperesidenen di negara lain.
"Saat ini sudah 32 kepala negara dan Kerajaan di dunia menggunakan EC-225. Sedangkan AW-101 hanya digunakan oleh 4 kepala negara saja. Bangsa asing saja bangga. Mengapa kita tidak bangga dengan produk anak bangsa sendiri," tanyanya.
Hasanudin mengingatkan sebelum membeli helikopter kepresidenan AW-101 pemerintah sebaiknya melihat Undang Undang nomor 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan.
"Pasal 43 menyatakan tidak dibenarkan membeli alat pertahanan dan keamanan dari luar negeri selama negara sudah mampu memproduksi," tegasnya. (skr), foto : iwan armanias/parle/hr.