Kerjasama Dagang Indonesia-Australia Atasi Kesenjangan

14-04-2016 / KOMISI VI
 
Komisi VI DPR RI menerima kunjungan Duta Besar Australia untuk Republik Indonesia Paul Grigson, membahas tentang isu perekonomian, industri perdangan dan investasi antara kedua belah pihak. Pertemuan bilateral ini Komisi VI dipimpin oleh Wakil Ketua, Dodi Reza Alex Noerdin. 
 
 
Dodi menyambut  kedatangan Dubes Australia, dan berharap antara Indonesia dan Australia bisa menjadi mitra dagang yang baik. Dubes Grigson menilai, perekonomian Indonesia mutakhir ini mengalami pasang dan surut, namun dalam sektor pelayanan menurut pandangannya sedang mengalami kenaikan. 
 
 
"Industri pelayanan memiliki perhatian yang besar. Kita ingin meningkatkan hubungan dalam bidang industri, " ujar Politisi asal Fraksi Partai Golongan Karya di ruang Pimpinan Komisi VI, Rabu, Komplek Parlemen, Senayan, Rabu (13/4). 
 
 
Dalam pertemuan yang membahas tentang keleluasaan perdangan antara kedua negara ini, Anggota Dewan Komisi VI Nyoman Dhamantra menegaskan, agar hubungan perdagangan dan investasi memiliki gairah untuk mengatasi kesenjangan antara miskin dan kaya. 
 
 
"Agar hubungan perekonomian ini mempunyai semangat untuk mengatasi kesenjangan. Jangan sampai sebaliknya," tandas Politisi dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. 
 
 
Menanggapi pernyataan itu, Paul Grigson menunjukkan persetujuannya dengan semua yang disampaikan jajaran Anggota Dewan Komisi VI. Dia juga menyampaikan apresiasinya kepada Indonesia dalam sektor ekonomi kreatif.
 
 
"Saya setuju dengan hampir semua yang disampaikan. Ekonomi kretif juga bisa kita tingkatkan bersama, Indonesia punya sejarah yang gemilang di sektor ini. Kerjasama antara kedua hal ini akan saya upayakan," tanggap Paul Grigson. 
 
 
Hubungan antara Indonesia dan Australia mempunyai sejarah panjang. Dalam beberapa literatur sejarah dijelaskan bahwa para nelayan Bugis dan Makasar secara teratur berlayar ke perairan Australia sebelah utara, setidaknya sejak tahun 1650. Pelayaran ini dimulai pada masa kerajaan Gowa di Makasar tahun 1650-an. Para pelaut Makasar dan Bugis ini menyebut Tanah Arnhem dengan sebutan Marege dan bagian daerah barat laut Australia mereka sebut Kayu Jawa. (eko,mp)/foto:jaka/parle/iw.
BERITA TERKAIT
Asep Wahyuwijaya Sepakat Perampingan BUMN Demi Bangun Iklim Bisnis Produktif
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana akan melakukan rasionalisasi BUMN pada tahun 2025. Salah...
147 Aset Senilai Rp3,32 T Raib, Komisi VI Segera Panggil Pimpinan ID FOOD
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan raibnya 147 aset BUMN ID Food senilai Rp3,32 triliun. Menanggapi laporan tersebut,...
Herman Khaeron: Kebijakan Kenaikan PPN Difokuskan untuk Barang Mewah dan Pro-Rakyat
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen akan mulai berlaku per 1 Januari 2025. Keputusan ini...
Herman Khaeron: Kebijakan PPN 12 Persen Harus Sejalan dengan Perlindungan Masyarakat Rentan
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyoroti pentingnya keberimbangan dalam implementasi kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai...