Mendesak, Penerapan Teknologi Penyimpanan Gudang Bulog
22-12-2016 /
KOMISI IV
Banyaknya hama, serangga dan mikro organisme menjadi masalah klasik dalam penyimpanan beras di gudang Bulog. Pasalnya, serangan hama terhadap beras yang disimpan di gudang Bulog bisa merusak kualitas beras, sehingga perlu segera penerapan teknologi penyimpanan di gudang Bulog agar beras bisa tahan lama tanpa mengurangi kualitasnya.
Hal tersebut diungkapkan Viva Yoga Mauladi usai meninjau kondisi Gudang Bulog di Banjarbaru Kalimantan Selatan dalam rangka Kunjungan Kerja Masa Reses Komisi IV DPR RI baru-baru ini.
Wakil Ketua Komisi IV DPR tersebut melihat bahwa selama ini kondisi Gudang Bulog sebagian besar merupakan peninggalan jaman Belanda dan belum tersentuh penerapan teknologi apapun, sehingga daya simpan hanya 3-6 bulan saja.
"Penyimpanan beras di gudang Bulog tanpa teknologi seperti pengaturan suhu ruangan sangat rentan menurunkan kualitas beras yang disimpan, karena faktor cuaca dan serangan hama n mikro organisme dalam jangka panjang bisa merusak beras yang disimpan," ungkap Viva Yoga.
Politisi PAN ini menyarankan agar jajaran Bulog segera merevitalisasi semua Gudang Bulog yang dimiliki dengan menerapkan teknologi penyimpanan seperti di negara-negara maju. Ia bahkan mengkhawatirkan jika persoalan teknologi penyimpanan di gudang ini tidak segera dimodernisasi, maka akan berpengaruh terhadap target swasembada beras.
"Negara kita ini besar dan punya potensi panen gabah jutaan ton, apabila tidak didukung teknologi penyimpanan beras yang baik maka semua potensi tersebut bisa menguap begitu saja, mudah rusak karena cara penyimpanan masih manual seperti jaman Belanda," tegas Viva Yoga.
Sementara itu Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perum Bulog, Imam Subowo yang ikut mendampingi Kunker Komisi IV DPR mengakui ketiadaan teknologi khusus yang diterapkan di Gudang Bulog Kalsel tersebut. Sehingga stok beras yang disimpan paling lama hanya 3-6 bulan, lebih lama dari itu bisa mengurangi kualitas beras.
"Standar Operasional Prosedur (SOP) yang kita terapkan dalam penyimpanan beras baru sebatas Pengelolaan Hama Gudang Terpadu (PHGT), ini untuk mengurangi resiko kerusakan beras akibat hama, serangga dan mikro organisme lainnya," jelas Imam.
Ia juga menjelaskan bahwa rata-rata realisasi penyaluran raskin sampai Desember 2016 mencapai 97%. Bulog Divre Kalsel memiliki rata-rata ketahanan stok per 13 Desember 2016 mencapai 7,08 bulan. Bulog didukung Bank Negara Indonesia (BNI) juga menggagas dibentuknya Rumah Pangan Kita (RPK) untuk memotong mata rantai distribusi pangan.
"Kehadiran RPK ini untuk menjaga harga ditingkat produsen dan juga menjaga harga di tingkat konsumen, sehingga fluktuasi harga pangan bisa diredam dan ditargetkan 2018 terbentuk 1 Desa 1 RPK," terang Imam.
Pihaknya menekankan dengan sistem HET (Harga Eceran Tertinggi) tidak boleh lebih mahal dari harga pasaran, Bulog juga menghidupkan kembali Lumbung Pangan Desa (Bunga Desa) bekerja sama dengan BUMDes dengan membeli gabah dari petani.(ojie) Foto: Naefuroji/od.