ASIA BERPERAN PENTING ATASI KRISIS

11-06-2010 / B.K.S.A.P.

       Ketua Sidang Sub Komite Asian Parliamentary Assembly (APA) Sidarto Danusubroto menegaskan, Asia mempunyai peran besar dan menjadi bagian yang sangat penting dari solusi krisis perekonomian global dewasa ini.

Demikian disampaikannya di depan forum Sidang Sub Komite APA, yang dihadiri beberapa Negara yaitu Afghanistan, Bahrain, Iran, Kuwait, Saudi Arabia, Sri Lanka, Kamboja, Turki, Jum’at (11/6) di Hotel Sultan, Jakarta.

Sidarto mengatakan, Asia telah menjadi bagian dari solusi untuk berbagai masalah yang komplek dan saling terkait baik secara lokal, nasional, regional maupun global.

Krisis ekonomi dan dampaknya yang terjadi sejak tahun 2008 menurut Sidarto telah menyadarkan kita bagaimana kondisi ekonomi di suatu Negara dapat saling bergantung kepada dan mempengaruhi Negara lain.

Krisis ekonomi yang timbul di suatu Negara dapat dengan cepat menyebar ke Negara lain dan cepat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga keuangan yang ada di Negara tersebut.

Resolution Ramification of International Financial Crisis for the Economies of the Countries of APA Member Parliaments yang menjadi pokok bahasan kali ini memberikan rekomendasi tentang apa yang harus dilakukan dalam menangani krisis di Asia.

Resolusi ini, katanya, secara jelas menyebutkan bagaimana anggota parlemen ikut berperan dalam mencari penyelesaian krisis dimaksud.

Karena itu, melalui resolusi ini dia berharap Negara-negara anggota APA dapat mengupayakan sistem moneter dan kebijakan ekonomi yang kuat di Asia guna menghadapi krisis keuangan yang mungkin terjadi di masa depan, guna meyakinkan dan mengembalikan kepercayaan pasar dan masyarakat.

Delegasi Indonesia merasa prihatin di tengah optimisme Negara-negara Asia terhadap pemulihan ekonomi nasionalnya, krisis financial justru beralih ke Eropa.

Yunani, kata Sidarto, saat ini sedang mengalami krisis likuiditas akibat utang pemerintah yang harus segera dibayar, sementara dana pemerintah yang dibutuhkan untuk itu nyaris tidak tersedia. Akibatnya, Negara-negara Uni Eropa harus menyediakan dana talangan bagi Yunani sampai 110 miliar dolar AS.

Bahkan bukan hanya itu, Negara-negara Uni Eropa harus melakukan pemotongan anggaran belanja Negara untuk menekan defisit hingga mencapai tingkat yang disyaratkan Uni Eropa terhadap seluruh Negara kawasan Eropa yakni di bawah tiga persen.

Untuk itulah, pertemuan ini sangat penting dalam membahas dampak krisis Eropa dan langkah antisipasinya terhadap kemungkinan menyebarnya krisis ke Asia.

Sidarto berharap, siding Sub Komite yang berlangsung di Jakarta ini dapat menghasilkan suatu draft resolusi baru mengenai langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam menghadapi krisis.(tt,ra) 

BERITA TERKAIT
DPR Bahas Hubungan Bilateral dan Peran RI di BRICS Plus dengan Rusia
30-01-2025 / B.K.S.A.P.
PARLEMENTARIA, Jakarta – Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI menerima kunjungan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Gennadievich...
BKSAP Bahas Kerja Sama Energi Terbarukan dan Pendidikan dengan Singapura
30-01-2025 / B.K.S.A.P.
PARLEMENTARIA, Jakarta – Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI menyambut baik kedatangan Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Kwok...
Ravindra Hartarto Jelaskan Potensi Kerja Sama GKSB dengan 102 Negara
30-01-2025 / B.K.S.A.P.
PARLEMENTARIA, Jakarta – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Ravindra Hartarto, meyakini bahwa Indonesia dapat mempelajari...
Keberhasilan GKSB Bergantung pada Dukungan Diplomatik
30-01-2025 / B.K.S.A.P.
PARLEMENTARIA, Jakarta – Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Mardani Ali Sera, menegaskan bahwa pembentukan Grup Kerja Sama...