Pelaksanaan K3 Masih Diabaikan
Anggota Komisi V DPR RI, Nurhasan Zaidi (F-PKS)/Foto:Jaka/Iw
Target Pemerintah membangun infrastruktur di seluruh Indonesia tidak diikuti dengan kesiapan semua elemen pendukungnya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang diabaikan, menjadi salah satu faktor kelemahan dominan, hingga menjadi momok menakutkan yang membayangi pelaksanaannya. Pembangunan infrastruktur serentak yang seolah mengejar target tersebut, juga dinilai minim evaluasi, bahkan bagi sebagian masyarakat seolah menjadi kewajaran yang menakutkan.
“Jenis kecelakaan kerja terlihat serupa dan seolah pelaksana pekerjaan maupun pemerintah tidak mengambil pelajaran dari kejadian serupa. Sungguh menakutkan dan tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak kecelakaan lainnya yang mungkin terjadi ke depannya,” Anggota Komisi V DPR RI Nurhasan Zaidi kepada Parlementaria, Selasa (20/2/2018), menanggapi berbagai kasus kecelakaan kerja proyek-proyek infrastruktur.
Politisi F-PKS itu menambahkan, meskipun Pemerintah telah membentuk Komite Keselamatan Konstruksi (KKK) pada Januari lalu, akan tetapi belum mampu mengurangi jumlah kecelakaan yang terjadi setiap bulannya. Hal ini terkesan hanya pencitraan untuk menenangkan kecemasan publik, belum mampu menjawab keinginan publik agar benar-benar zero accident. Atas berbagai kasus tersebut, Nurhasan menilai, wajar bila dikatakan bahwa proyek pembangunan infrastruktur serentak saat ini, masuk pada ranah darurat keselamatan kerja.
“Karena itu, harus ada langkah taktis dan strategis. Pemerintah harus bertanggung jawab. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Komite Keselamatan Konstruksi harus segera menuntaskan audit pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia,” kata politisi asal dapil Jawa Barat itu menandaskan.
Dalam 6 bulan terakhir, Nurhasan mencatat setidaknya terjadi tujuh kecelakaan diantaranya, Proyek Light Rail Transit (LRT) di Palembang, Sumatera Selatan, Agustus 2017. Saat itu, dua unit crane dengan bobot 70 ton dan 80 ton yang sedang dioperasikan tiba-tiba jatuh dan mengenai sejumlah rumah.
Selain itu, Jembatan tol penyeberangan orang pada pengerjaan proyek jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau Bocimi di Kabupaten Bogor, September 2017, Girder box jatuh di proyek jalan tol Pasuruan-Probolinggo, Jawa Timur pada Oktober 2017. Selanjutnya, kasus jatuhnya crane di jalan tol Jakarta-Cikampek pada November 2017 dan ambruknya girder saat akan dipasang di proyek jalan tol Pemalang-Batang di Jawa Tengah, Desember 2017.
Kasus terakhir, ungkap Nurhasan, kejadian Selasa (20/2/2018), dimana tiang pancang proyek tol Becakayu (Bekasi- Cawang- Kampung Melayu) roboh pada pukul 03.00 WIB. Lokasi kejadian di Jalan DI Panjaitan, Jakarta Timur. Sebanyak tujuh pekerja tertimpa reruntuhan. Empat orang berhasil dievakuasi. Tiga orang pekerja masih tertimbun. Sementara empat korban yang berhasil dievakuasi dilarikan ke RS Polri. (mp/sf)