Legislator Apresiasi Penggunaan Teknologi USC

15-03-2018 / KOMISI VII

 

 

Anggota Komisi VII DPR RI Tjatur Sapto Edy memberikan apresiasi kepada PT. Bhimasena Power Indonesia (BPI) yang sudah menggunakan teknologi mutakhir yaitu Ultra Super Critikal (USC) yang efisiensi panasnya lebih tinggi dan memungkinkan mengkonsumsi batubara yang lebih rendah.

 

“Dengan teknologi ini, efisiensi akan meningkat karena panasnya itu lebih tinggi dari pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pada umumnya” ujar Tjatur saat melakukan Kunjungan Spesifik (Kunspek) Komisi VII DPR RI ke PLTU Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu (14/3/2018).

 

Dibalik sanjungan itu, Tjatur juga menyayangkan masih tingginya emisi gas buang Oksida Belerang (Sox) yakni 0,01 gram per kilowatt hour (Kwh) dan Oksida Nitrogen (NOx) 0,05 gram per Kwh dan itu artinya untuk per meter kubik adalah 300. Jika dihitung pertahun  akan menghasilkan polusi karbon 10,8 ton  kemudian untuk Sox sebanyak 175 ton serta SOx  875 ton.

 

“Memang aturan sekarang Permen 21 tahun 2008 yang sudah lama sekali itu masih masuk karena aturannya sekitar 800, tetapi dengan draft aturan baru yang masih dibahas  dengan menghimpun para ahli dari berbagai latar belakang termasuk juga masyaraka per meter kubik idealnya 200,” ungkap Tjatur.

 

Politisi F-PAN ini melihat, PLTU Batang ini secara coal handling nya murah dikarenakan mengandung polusi dalam artian kotor dan di Indonesia belum memberlakukan biaya untuk lingkungan. Untuk di negara lain, ada internalisasi biaya lingkungan dari PLTU tersebut sehingga akan lebih bersih.

 

“Ke depan kita harus berpikir jangan sampai seakan-akan murah tapi dampak lingkungannya besar. Kita harus ingat bahwa Indonesia sudah meratifikasi 2 perjanjian internasional dalam UU kita. Pertama Paris Agreement COP 21 tentang Climate Change  menjadi UU 16 tahun 2016, kedua Konvensi Minamata tahun 2017,” jelas Tjatur.

 

Untuk itu, Tjatur mendorong kepada PLN, PT BPI dan KLKH untuk mengambil langkah-langkah sebagai upaya untuk menurunkan polusi tersebut. “Ke depan harus dipikirkan langkah-langkah untuk pembangkit listrik di tanah air untuk sedikit demi sedikit dialihkan ke pembangkit listrik yang lebih bersih yakni energi terbarukan. Baik itu air, angin, panas bumi, biomas yang mirip dengan batubara tapi terbuat dari wood yang bisa kita suistanable,” saran pria dapil Jawa Tengah VI ini.  (mhr/sc)

BERITA TERKAIT
Program MBG Diluncurkan: Semua Diundang Berpartisipasi
06-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Gizi Nasional dijadwalkan akan meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hari ini, Senin, 6 Januari 2025....
Komisi VII: Kebijakan Penghapusan Utang 67 Ribu UMKM di Bank BUMN Perlu Hati-Hati
04-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay menyoroti rencana pemerintah yang akan menghapus utang 67 ribu...
Pemerintah Diminta Tingkatkan Daya Saing Produk UMKM dan Ekonomi Kreatif Indonesia
03-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini dituntut untuk menata dan...
Dina Lorenza Dukung Kenaikan PPN: Harus Tetap Lindungi Masyarakat Menengah ke Bawah
24-12-2024 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Dina Lorenza mendukung rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen...