Dampak Perang Dagang AS-China, Rupiah Makin Terdepresiasi

18-07-2018 / KOMISI XI
Anggota Komisi XI DPR RI Hery Gunawan foto :Andri/mr

 

Perang dagang antara Amerika Serikat dengan China pasti berimbas kepada Indonesia. Pasalnya selama ini perdagangan dunia banyak dikuasai China, dimana salah satu negara seperti Amerika Serikat mengalami defisit. Defisit perdagangan ini tidak hanya dialami AS, saja tetapi juga negara-negara lain.

 

Saat diminta tanggapannya oleh awak media melalui sambungan telepon, Anggota Komisi XI DPR RI Hery Gunawan menyatakan, kalau perdagangan AS dengan Indonesia, sebenarnya surplus, meski relatif lebih kecil ketimbang negara Asean, seperti Vietnam dan Thailand.

 

Lebih jauh politisi Gerindra ini mengatakan, imbasnya kalau neraca perdagangan surplus sementara AS memproteksi produknya terhadap serbuan dari luar, efeknya impor kita semakin berkurang, semakin sulit. Sementara ekspor kita untuk sektor pangan semakin hari kian banyak.

 

“Contohnya komoditas telur, sampai-sampai akan impor. Transaksi semacam ini akan memengaruhi likuiditas, ketergantungan mata uang rupiah dan efeknya mata uang kita makin terdepresiasi,” jelas Heri, Rabu (18/7/2018).

 

Untuk itu, politisi Partai Gerindra itu berharap, pemerintah harus menyajikan data yang valid. Karena selama ini data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, dan Kementerian Perdagangan sedikit berbeda.

 

“Ini memengaruhi kebutuhan pangan kita yang ujung-ujungnya sumbernya dari impor. Antar kementerian mestinya sinergi, sehingga bisa menyajikan data yang benar dan diterima semua pihak,” tambahnya.

 

Menanggapi neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit dengan China, Heri menjelaskan bahwa China memiliki sumber daya yang lebih baik. Biaya produksinya juga ditekan lebih baik sehingga produk-produknya lebih kompetitif dibanding yang kita produksi. Contohnya baja dari China lebih murah dibanding produk Krakatau Steel.

 

Sebetulnya, sambung Heri, pemerintah telah mengeluarkan sampai 16 kebijakan, tapi terkesan masih jalan di tempat. Masalahnya koordinasi antar Kementerian/ Lembaga relatif tumpang tindih satu dengan yang lain. “Masih ada ego-ego sektoral di sini. Ini yang seharusnya diperbaiki oleh pemerintah,” jelas politisi dari Dapil Jabar IV ini. (mp/sf)

BERITA TERKAIT
Fathi Apresiasi Keberhasilan Indonesia Bergabung dalam BRICS, Sebut Langkah Strategis untuk Perekonomian Nasional
08-01-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI Fathi, menyampaikan apresiasi atas pengumuman resmi yang menyatakan Indonesia sebagai anggota penuh...
Perusahaan Retail Terlanjur Pungut PPN 12 Persen, Komisi XI Rencanakan Panggil Kemenkeu
05-01-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta – Ketua Komisi XI DPR RI Misbakhun menegaskan pihaknya dalam waktu dekat akan memanggil jajaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu)...
Edukasi Pasar Modal Sejak Dini Dapat Meningkatkan Literasi Keuangan Generasi Muda
04-01-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI Fathi menyambut baik usulan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menginginkan edukasi...
Anis Byarwati Apresiasi Program Quick Win Prabowo: Potensi Kebocoran Anggaran Harus Diminimalisasi
25-12-2024 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI, Anis Byarwati, menyatakan apresiasi dan dukungannya terhadap komitmen Presiden Prabowo untuk menjadikan...