Komposisi Distribusi Gas di Semarang Belum Ideal
Anggota Komisi VII DPR RI Daryatmo Mardiyanto saat meninjau fasilitas Cluster Compress Natural Gas (CNG) Tambak Aji Semarang foto : Naefuroji/mr
Anggota Komisi VII DPR RI Daryatmo Mardiyanto menyoroti komposisi distribusi gas di wilayah Semarang yang menurutnya belum ideal. Pasalnya untuk pemakaian rumah tangga baru sekitar 10 persen, sedangkan kawasan industri mencapai 90 persen.
Hal tersebut diutarakannya saat Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI meninjau fasilitas Cluster Compress Natural Gas (CNG) Tambak Aji Semarang yang dilanjutkan pertemuan dengan Direksi PT. PGN Tbk, Perwakilan Dirjen Migas, Perwakilan BPH Migas dan Perwakilan SKK Migas di Kantor PT. PGN Tbk Sub Sektor Distribusi Wilayah II Semarang, Jawa Tengah, Jum'at (20/7/2018).
“Ke depan, komposisi distribusi gas ini perlu diperhatikan asas keadilan bagi masyarakat agar bisa menikmati energi murah dan ramah lingkungan,” harap politisi PDI- Perjuangan ini.
Daryatmo mengingatkan pihak Direksi PGN khususnya wilayah Semarang, jangan sampai kebutuhan gas rumah tangga terkalahkan oleh kepentingan kalangan industri dengan pendekatan-pendekatan bisnis.
“Kepada PGN khususnya dan kementerian pada umumnya, kita akan meminta agar memetakan seluruh rangkaian pipa dalam distribusi gas alam. Nanti terlihat wilayah mana yang sudah terpasang jaringan gas dan mana yang belum akan terus diperluas jaringannya,” imbuhnya.
Dirinya melihat Jawa Tengah memerlukan dorongan kembali agar konsumsi dan distribusi gas tidak kalah dibandingkan wilayah lainnya, seperti Jawa Timur dan Jawa Barat yang sudah lebih dahulu bisa menikmati gas melalui jaringan pipa-pipa gas (Jargas).
“Infrastruktur jaringan gas ini sebenarnya sudah ada sejak jaman Belanda. Hanya dalam beberapa dekade tidak menjadi perhatian pemerintah secara serius. Rumah saya di Ambarawa masih ada bekas pipa gas era Belanda,” sambung Daryatmo mengungkapkan sejarahnya.
Sementara itu, Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Dilo Seno Widagdo mengakui bahwa distribusi gas saat ini untuk wilayah Semarang, rinciannya penjualan gas industri mencapai 7940 M3/day dan rumah tangga hanya 560 M3/day dengan total jumlah pelanggan 1.265 pelanggan.
“Dengan Jargas yang tanpa subsidi, bisa menghemat biaya sekitar 50 persen ketimbang penggunaan elpiji tabung subsidi, yang ditujukan untuk golongan masyarakat menengah ke bawah,” jelas Dilo Seno.
Pihaknya juga terus berupaya memperluas jaringan gas untuk pemakaian rumah tangga dengan melihat besarnya potensi demand (permintaan) pengguna SPBG di Semarang. Komposisi distribusi akan sangat dipengaruhi oleh perluasan pembangunan jaringan gas di masa mendatang. (oji/sf)