“Unicorn” Harus Kuasai Pasar Dalam Negeri
Gojek Indonesia, sebagai salah satu unicorn yang bersinar, saat ini sudah memutuskan untuk melakukan ekspansi ke negara lain. Padahal, menurut Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha, seharusnya Gojek menguasai pasar dalam negeri, sebelum mengambil keputusan untuk melakukan ekspansi.
“Barusan saya baca, kalau Gojek mengklaim memiliki 50 persen pangsa pasar ride-sharing di Indonesia. Harusnya mereka meningkatkan dulu market share dalam negeri,” kata Satya dalam sebuah diskusi di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Diskusi yang diselenggarakan Pengurus Koordinatoriat Wartawan Parlemen itu juga mengundang Anggota Komisi XI DPR RI Eva Kusuma Sundari serta Pengamat Ekonomi dan Direktur INDEF Eni Srihartati sebagai pembicara, dengan tema “Peran Unicorn Dalam Menjaga Momentum Investasi dan Stabilitas Rupiah”.
Menurut Satya, terlepas dari siapapun di belakangnya, pemerintah harus mengapresiasi unicorn made in Indonesia yang sudah membawa nama bangsa. Serta harus memastikan agar mereka tetap berinvestasi di Indonesia, dengan regulasi-regulasi, hingga menjadi besar dan menguasai pasar domestik.
Politisi fraksi Partai Golkar ini mengingatkan bahwasanya Indonesia sudah memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), sudah sepantasnya unicorn harus berfikir untuk menjadikan Indonesia sebagai potensi pasar yang harus digarap.
“Jangan sampai mereka lari ke Vietnam atau ke Thailand dan pasar Indonesia digarap oleh pihak asing, dan akhirnya kita cuma sebagai negara pemakai dan kita tidak pernah menjadi negara produksi,” tandas politisi dapil Jawa Timur itu.
Gojek sendiri tercatat memiliki banyak investor asing diantaranya, Google, JD.co, dan Tencent. Sebagai penerima manfaat utama investasi asing Gojek tentunya wajib menginvestasikan dana untuk kemajuan dalam negeri. Terutama untuk menumbuhkan perekonomian, meningkatkan lapangan kerja danmenimbulkan kestabilan mata uang.
Saat pemerintah sedang berupaya untuk menarik investasi asing ke dalam negeri guna menekan keperkasaan dolar, Gojek malah membelanjakan 500 juta dolar Amerika Serikat (AS) sebagai biaya ekspansi ke tiga negara di Asia Tenggara. Sangat tidak patriotik bagi unicorn Indonesia untuk memulai arus modal keluar selama periode sensitif ini. (es/sf)