PARIWISATA KALTENG PERLU DIKEMAS LEBIH BAIK
Komisi X DPR RI meminta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah untuk mengkemas obyek pariwisatanya lebih baik lagi. Dari pengamatan Komisi X DPR mengikuti Kapal Wisata Susur Sungai selama kurang lebih tujuh jam terkesan perjalanan itu membosankan.
Demikian kesan yang didapat mayoritas anggota Komisi X DPR saat melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Minggu (19/12) yang dipimpin Ketua Komisi X Mahyuddin (Fraksi Partai Demokrat).
Perjalanan Tim Komisi X DPR yang membidangi pendidikan, pemuda dan olahraga dan pariwisata ini diawali dengan menempuh perjalanan sekitar 34 kilomater dari kota Palangka Raya menuju kecamatan Bukit Batu Tangkiling. Untuk menuju Bukit Tangkiling ini, Tim Komisi X menggunakan bus menempuh perjalanan lebih kurang 45 menit.
Anggota dari daerah pemilihan Bali, Gede Pasek Suardika mengatakan, wisata di Kalteng sebenarnya tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan wisata di daerahnya yang merupakan salah satu tujuan wisata dunia.
Namun, katanya, karena perjalanan ditempuh dalam waktu yang cukup lama tanpa ada tempat untuk bersinggah, perjalanan ini jadi membosankan.
Diakuinya, menyusuri sungai sambil melihat sekumpulan orangutan yang ada di tepian Pulau Kajang Kecamatan Bukit Batu dari atas kapal wisata Susur Sungai Lasang Teras Garu, itu merupakan pengalaman langka dan jarang didapat di daerah wisata lainnya.
Menurut Gede, obyek wisata ini akan lebih banyak diminati wisatawan domestik maupun manca negara jika sepanjang perjalanan susur sungai ada tempat persinggahan dan ada obyek yang dapat dijual.
Saat memulai perjalanan, mungkin wisatawan ini belum merasakan kejenuhan itu, karena dapat meilhat penangkaran orangutan. Namun setelah itu tidak ada lagi yang menarik, kecuali hiburan dan makan di kapal wisata. “Harusnya, ada semacam poin-poin pemberhentian yang bisa dijual dan dijelaskan oleh tour-guidenya,” kata Gede.
Dia menyarankan, harusnya banyak momen yang bisa dijual dari perjalanan yang cukup lama ini. Hal ini bisa dilakukan dengan per setiap 40 menit bisa mampir melihat obyek wisata alam atau tempat penangkaran hewan-hewan.
Sehingga dengan demikian wisatawan tidak bingung dan jenuh. “Kalau biasa-biasa saja seperti ini, tentu bisa membosankan. Karena kita hanya melihat tepian sungai dan orangutan selama berjam-jam,” kata politisi Fraksi Partai Demokrat ini.
Gede menambahkan, semua potensi yang ada seharusnya bisa mendatangkan uang bagi daerah dan masyarakat. Seperti di Bali semua bisa mendatangkan uang, sehingga membuat sektor pariwisata di daerah tersebut maju.
“Di sini tari-tariannya bagus, kerajinannya indah dan budayanya juga bagus sekali, tinggal promosi dan kreasi saja. Karena prinsipnya yang namanya wisatawan itu, ingin berlibur dan mengeluarkan uang dari apa yang mereka peroleh saat bekerja sebelumnya, jadi bukan berpikir mencari duit lagi saat berpariwisata,” ujarnya.
Untuk itu dia mengusulkan, buat wisata yang tidak ada di tempat lain untuk dijual kepada wisatawan, Dalam hal ini, harus kreatif dan inovatif.
“Ini tentunya perlu dukungan dari semua elemen masyarakat. Dan prinsip pariwisata itu jangan buat orang ‘puas’. Bikin dia terus mencari kepuasan, dan penasaran, sehingga dia tertarik untuk kembali lagi,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalteng Rudiansyah Iden mengeluhkan kecilnya anggaran untuk pemasaran, sehingga promosi untuk obyek wisata di Kalteng tidak dapat dilakukan secara maksimal.
“Anggaran yang kami dapat dari APBD untuk promosi belum memadai, untuk itu kami sangat mengharapkan dukungan Komisi X DPR untuk memajukan pariwisata di Provinsi Kalteng,” ujarnya.
Selain itu, katanya, kita juga belum optimal mengolah potensi itu menjadi sebuah destinasi, yang berarti keterpaduan akses, atraksi, sarana-prasarana, fasilitas pendukung, dan akomodasi menjadi satu kesatuan yang optimal. (tt)