Bandara Syamsuddin Noor Diharapkan Menjadi Bandara Internasional
Anggota Komisi V DPR RI Abdul Latief Hanafiah (batik hijau) saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI meninjau langsung proses pengembangan Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin, di Kabupaten Banjar, Kalsel, Jumat (26/10/2018). Foto : Eko/Man
Anggota Komisi V DPR RI Abdul Latief Hanafiah berharap, setelah proses pengembangan dan pembangunan Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin di Kalimantan Selatan usai, bisa ditetapkan sebagai bandara internasional. Alasannya, banyak calon jemaah Umrah yang berasal dari wilayah Kalsel. Bahkan, Kalsel setidaknya memberangkatkan ribuan jemaah Umrah setiap minggunya.
“Kita punya arus umrah cukup banyak, tiap minggu ribuan. Sementara ini belum menjadi bandara internasional, kami dari Komisi V mendorong untuk segera menjadi bandara internasional,” harap Latief saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI meninjau langsung proses pengembangan Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin, di Kabupaten Banjar, Kalsel, Jumat (26/10/2018).
Sebagai Anggota Dewan dari dapil Kalsel II, ia mengetahui bahwa arus keberangkatan Umrah dari Kalsel cukup banyak. Itulah yang dijadikan alasan agar Bandara Syamsuddin Noor diharapkan menjadi bandara internasional, sehingga bisa melayani penerbangan langsung ke Madinah. Jumlah jemaah Umrah yang berangkat dari Banjarmasin merupakan terbanyak ke dua secara nasional dan jumlah tersebut terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Data yang diperoleh terahir pada tahun 2009 saja, jumlah kedatangan penumpang di Bandara Syamsudin Noor sekitar 1.005.239 orang dan keberangkatan sebanyak 1.022.686 orang, dan pada 2013 jumlah kedatangan penumpang menjadi 1.017.963 dan keberangkatan 1.930.294 orang. Tingginya jumlah jemaah umroh tersebut, menjadi salah satu pendorong pengembangan dan perluasan Bandara Syamsudin Noor.
Meskipun demikian, Latief menyadari masih ada permasalahan yang harus diatasi bersama, baik BMKG ataupun pemerintah daerah, yakni kabut asap harus bisa dihilangkan karena tentunya bisa mengganggu penerbangan. “Masalah lain yang mesti diatasi, kabut asap. Itu harus, jangan sampai begitu bandara selesai masalah asap tetap ada,” ujarnya.
Paket satu pengambangan Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin meliputi pembangunan terminal dan fasilitas penunjang telah dimulai sejak 7 Mei 2018 lalu, dan pekerjaannya terus dipercepat. Ini komitmen PT. Angkasa Pura I untuk mewujudkan impian masyarakat Kalsel memiliki bandara megah bertaraf internasional.
“Ini adalah proyek yang bermanfaat bagi masyarakat secara umum. Kedua semoga hambatan-hambatan ini bisa segera diatasi, sehingga tidak ada masalah dalam pelaksanaanya," ungkap legislator Partai Kebangkitan Bangsa itu (PKB) itu.
Senada dengan Latief, Wakil Ketua Komisi V DPR RI Ibnu Munzir yang memimpin Kunjungan Kerja Spesifik ini pun mendukung bandara ini jika telah usai pengembangan dan pembangunannya menjadi bandara internasional.
“Mudah-mudahan ini menjadi solusi atas kepadatan jalur penerbangan untuk di wilayah Kalimantan Selatan ini, yang sekarang cenderung menurun karena beberapa faktor. Ketika terminal baru ini ada dengan apron dan segala macam teknisinya ini cukup. Saya kira ini akan memberikan pelayanan dan kenyamanan bagi pengguna jasa penerbangan ini,” jelas Ibnu.
Legislator Partai Golkar itu menekankan agar pembangunan bandara dihiasi dengan nuansa lokal khas daerah Banjar. “Pertimbangan dalam proses pembangunan ini harus menghitung beberapa hal, syukur bawah orientasi tidak meninggalkan ornamen daerah, malahan dari desainnya kelihatan khas daerah. Di atasnya ada intan, potongan-potongan yang mernyerupai intan itu tadi,” imbuh legislator dapil Sulawesi Barat itu.
Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin yang merupakan proyek PT. Angkasa Pura I dan bernilai Rp 2,3 triliun ini rencananya akan beroperasi pada akhir tahun 2019 mendatang. Pembangunan apron timur yang saat ini seluas 80,4 ribu m2 serta hanya mampu didarati delapan pesawat nantinya akan mampu menampung 16 pesawat di atas apron seluas 129,8 ribu m2.
Sementara itu, untuk bangunan terminal yang saat ini seluas 9,2 ribu m2 akan dikembangkan menjadi 65,2 ribu m2 pada tahap satu. Kemudian, dilanjutkan dengan pengembangan tahap dua menjadi seluas 108 ribu m2 yang mampu menampung 12 juta penumpang per tahun. (eko/sf)