Pertumbuhan Ekonomi Bali Andalkan Pariwisata dan Perdagangan
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir bertukar cenderamata dengan mitra kerja di Bali. Foto: Agung/od
Komisi XI DPR RI menyambut baik semakin baiknya tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali. Pertumbuhan ekonomi Bali selama ini ditunjang dari sektor pariwisata dan perdagangan, tanpa mengandalkan sumber daya mineral dan migas. Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir mengatakan, pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut merupakan hasil kontribusi berbagai pihak, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
“Tingkat ekonomi lebih baik dari daerah lain. Itu menunjukan bahwa keterpaduan antar institusi di beberapa bidang penunjang sektor ekonomi di sini sudah berjalan dengan baik. Artinya aparatur penyelenggaraan pemerintah di sini sudah sesuai dengan tupoksinya,” katanya usai memimpin pertemuan Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi XI dengan sejumlah mitra kerja di di Kantor Perwakilan BI, Denpasar, Bali, Jumat (14/12/2018).
Dalam pertemuan itu dihadiri Deputi Gubernur Bank Indonesia, Kepala Kantor Perwakilan Kementerian Keuangan, Kepala Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan, Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik, Deputi Penyelenggaraan Keuangan Daerah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, dan jajaran Pemerintah Provinsi Bali.
Berdasarkan data yang dirilis BPS Provinsi Bali pada 5 November 2018, pertumbuhan ekonomi Bali tumbuh sebesar 6,24 persen (yoy) pada Triwulan III 2018. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh tumbuh sebesar 6,09 persen (yoy). Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi tercatat pada lapangan usaha konstruksi sebesar 11,77 persen. Sedangkan, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi tercatat pada komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) sebesar 14,18 persen.
Legislator Partai Amanat Nasional (PAN) ini memandang bahwa Bali adalah sebagai contoh project nasional yang mampu menghadirkan ekonomi tanpa banyak dicampurtangankan oleh comparative advantage (keunggulan) dari pada sumber daya alam mineral dan migas.
“Jadi betul-betul kita tidak mengeluarkan energi yang besar untuk membangun Bali, karena dia hidup dari pariwisata dan perdagangan. Berbeda dengan daerah-daerah kita lain yang mengandalkan row material (bahan baku) seperti Kalimantan, Papua, beberapa bagian Sulawesi di luar Sulawesi Selatan, dan juga beberapa daerah di Sumatera,” tegas Hafisz. (as)