Legislator Harap Ada Klasifikasi Khusus Penilaian Tes CPNS di Daerah
Anggota Komisi II DPR RI Andi Mariattang saat mengikuti Rapat Kerja dengan Menpan RB, Kepala Badan Kepegawaian Nasional (BKN).Foto :Geraldi/rni
Anggota Komisi II DPR RI Andi Mariattang meminta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PAN-RB) untuk memberikan klasifikasi khusus terkait pelaksanaan tes Calon Pegawai Negeri (CPNS) di daerah, terutama di Indonesia bagian timur yang kualitas pendidikannya dinilai berada di bawah Jawa dan Sumatera.
“Tingkat pendidikan antara Maluku dengan luar Maluku atau dengan Jawa, berbeda jauh sekali. Sementara tes CPNS ini, tim Panselnas (Panitia Seleksi Nasional) menargetkan nilai yang sama, dan itu bagi kami sangat tinggi,” kata Andi setelah rapat kerja dengan Menpan RB, Kepala Badan Kepegawaian Nasional (BKN) di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (22/1/2019).
Secara otomatis menurut legislator Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu, formasi yang ada di Maluku akan terisi oleh pelamar yang berasal dari luar Maluku, terutama peserta dari pulau Jawa. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat masyarakat Maluku juga butuh lapangan kerja untuk merubah nasibnya.
“Sangat disayangkan mereka kan juga butuh hidup, sampai mereka menangis. Bahkan mereka punya statement begini, ‘Seandainya besok hari kiamat, mendingan mati deh’ dari pada masih hidup memikirkan nasib mereka yang tak kunjung berhasil,” terangnya.
Kembali legislator dapil Sulawesi Selatan itu menegaskan mestinya dari pemerintah pusat bisa memberi klasifikasi standarisasi penilaian khusus untuk putra-putri daerah Maluku, Papua dan Indonesia Timur pada umumnya, agar harapan mereka untuk mengabdi kepada negara ini tidak pupus di tengah jalan.
Menanggapi pernyataan tersebut Menteri PAN-RB Syafruddin mengatakan, materi soal yang gunakan pada tes CPNS dibuat secara independen langsung oleh Panselnas dengan metode penilaian 70 persen berbanding 30 persen.
“Kalau di daerah yang tingkat intelektual pendidikannya tinggi, maka berlaku 70 persen sulit dan 30 persen mudah, seperti di Jawa, terlebih lagi di Yogyakarta. Kalau di daerah yang tingkat intelektualnya rendah, maka materi soalnya 30 persen sulit dan 70 persen mudah. Tidak benar kalau soal itu itu sama semua,” pungkas Syafruddin. (es/sf)