Revitalisasi PG Harus Didukung Kualitas Tebu
Tim Kunker Komisi VI DPR RI meninjau kondisi PG Mojo, Sragen, Jawa Tengah. Foto: Sofyan/sf
Pabrik Gula (PG) yang dikelola PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) IX akan direvitalisasi menggunakan anggaran dari Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 225 miliar. Proses revitalisasi ini mendapat sejumlah catatan dari Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI Mohammad Hatta menilai, revitalisasi yang sedang dalam pengerjaan itu harus dimaksimalkan. Namun ia mengingatkan, revitalisasi PG bukan hanya pada pabriknya saja, melainkan juga harus didukung kualitas tebu yang dihasilkan oleh petaninya.
“Jadi yang ditekankan pada revitalisasi itu bukan hanya produksinya saja. Sedangkan kualitas produksi tebu petani tidak ter-manage secara baik. Revitalisasi itu tujuannya juga untuk meningkatkan produktivitas petani tebu itu sendiri. Jadi pabriknya siap dan kualitas tebu yang ada juga bagus,” kata Hatta saat mengikuti Kunker Komisi VI DPR RI meninjau fasilitas PG Mojo, di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah, Kamis (14/2/2019). Tim Kunker Komisi VI DPR RI dipimpin Anggota Komisi VI DPR RI Martri Agoeng (F-PKS).
Legislator PAN ini menambahkan, dalam meningkatkan kualitas tebu pilihannya harus ada pendampingan dari PG kepada petani tebu. Pasalnya, produksi tebu yang dihasilkan oleh pabrik gula swasta bisa mencapai 90 ton per hektar. Sementara petani hanya bisa menghasilkan 60 ton tebu rakyat per hektar. Untuk itu, dengan adanya pendampingan dari PG Mojo diharapkan dapat memaksimalkan produksi tebu. Di sisi lain, Hatta menilai langkah revitalisasi PG lebih efisien dibanding harus membangun PG baru. Apalagi di tengah kondisi finansial Indonesia yang belum tentu siap menggelontorkan anggaran sebesar itu.
“Saya kira kalau membangun pabrik baru sangat besar anggarannya, dan belum tentu efisien. Sedangkan kalau revitalisasi itu memaksimalkan pabrik yang sudah ada. Saya kira dari kunjungan kita ke PG Mojo ini, pilihan pertamanya revitalisasi, daripada membangun pabrik baru yang biayanya terlalu besar. Jadi, seharusnya revitalisasi ini dimaksimalkan, kualitas tebu produksi petani juga ditingkatkan, dan sehingga otomatis tujuan negara ini tercapai untuk memaksimalkan produksi gula di republik ini,” harap legislator dapil Jateng V itu.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PTPN IX Iryanto Hutagaol mengatakan, dibanding membangun pabrik baru, revitalisasi terhadap PG Mojo menjadi kunci dalam meningkatkan produktivitas. Ia menjelaskan, sebelum direvitalisasi, PG Mojo memiliki kemampuan giling sebesar 2500 ton cane per day (TCD), dan setelah direvitaliasi kemampuan gilingnya akan menjadi 4000 TCD. Saat ini sedang dilakukan penyesuaian, sehingga pada musim giling Mei 2019 nanti, PG Mojo sudah bisa melakukan aktivitas penggilingan. (sf)