Cabai Merah Sumbang Inflasi Terbesar di Sumut
Anggota Komisi XI DPR RI Junaidi Auly Foto : Andri/mr
Cabai Merah menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi terbesar di Sumatera Utara dalam dua bulan terakhir, dengan perubahan harga mencapai 50 persen atau memberikan andil (0,85 persen) meski hanya memiliki bobot (0,20 persen) dari keranjang Indeks Harga Konsumen (IHK). Produksi yang terganggu akibat berakhirnya masa panen di daerah sentra produksi di Sumut dan Aceh membuat lonjakan harga tidak dapat dihindari. Di sisi lain beberapa pedagang besar memasok untuk provinsi lain.
“Hal ini harus diantisipasi oleh Pemerintah Provinsi Sumut agar tidak berdampak kepada komoditas lain, apa lagi konsumsi di bulan Ramadan dan Idul Fitri tentunya akan jauh lebih besar. Juga beberapa komoditas lain yang perlu jadi perhatian Pemprov Sumut saat Lebaran antara lain daging ayam ras, beras, dan gula pasir,” jelas Anggota Komisi XI DPR RI Junaidi Auly saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI ke Medan, Sumut, Jumat (17/5/2019).
Menurut data dari perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut saat melakukan pemaparan kepada Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI, terungkap bahwa kenaikan harga komoditas cabai merah di bulan Mei 2019 mencapai kurang lebih 50,02 persen, dengan harga Rp 42.000 per kilogramnya. Kenaikan harga komoditas lainnya diantaranya bawang merah naik 17,29 persen, bawang putih naik 47,57persen, kontrak rumah naik 1,40 persen, harga mobil naik 1,15 persen, kacang panjang naik 23,02 persen, dan cabai hijau naik 41,31persen.
"Jika kita cermati dari data yang di sajikan oleh BPS Sumut, komoditas utama penyumbang inflasi selama April 2019 di Medan, antara lain cabai merah, bawang merah, bawang putih, kontrak rumah, mobil, kacang panjang, dan cabai hijau," jelas politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Hal ini berdampak kepada inflasi tahun kalender Sumut pada bulan April 2019 sebesar 1,42 persen, meningkat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 (0,43 persen). Peningkatan laju lnflasi tertinggi terjadi di Kota Medan yang sebelumnya 0,36 persen pada April tahun 2018 menjadi 1,54 persen tahun 2019. (man/sf)