KETUA DPR RI MARZUKI MENILAI PERLU KOREKSI METODE PENDIDIKAN AGAMA
Sejak era Orde Baru pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah-sekolah sebagai mata pelajaran, dengan target pencapaian seberapa besar anak dapat mengetahui dan menghafal pelajaran yang diajarkan guru. Bagi Ketua DPR RI Marzuki Ali konsep ini kesalahan yang perlu dikoreksi karena anak didik tidak diberi pemahaman tentang aqidah yang dapat membangun kesadaran tentang kehadiran Tuhan.
“Agama itu bukan mata pelajaran tapi tuntunan hidup, kita takut pada Tuhan karena ada pemahaman dan kesadaran sejak dini Tuhan selalu mengawasi,” kata Ketua DPR saat menyampaikan sambutan dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. yang diselenggarakan unit Korpri Setjen DPR RI di Pustakaloka, Gedung Nusantara IV DPR RI, Senin (14/3'2011).
Marzuki menggambarkan pendidikan agama banyak menjejali murid dengan beragam hafalan, tanpa pemahaman. Ditambah lagi dengan kehidupan beragama yang cendrung lebih banyak mengedepankan seremonial sehingga implementasi terabaikan. Pada akhirnya kita melihat fenomena di negeri ini, mesjid ramai tapi korupsi jalan terus.
Untuk memperbaiki kondisi ini bagi Marzuki tidak salah kalau para pendidik, guru agama belajar dari negara tetangga Malaysia. “Saya pernah ngobrol dengan Mufti Selangor, Malayasia. Di sana pada saat masih kecil pendidikan dasar itu diberikan pendidikan aqidah, pemahaman tentang ketauhidan, sehingga anak-anak takut berbuat salah karena takut pada Allah, bukan karena aturan tapi karena Allah,” tekannya.
Kerisauan ini juga dirasakan oleh ustadz Arifin Ilham yang hadir menyampaikan ceramah makna Maulid dihadapan pegawai Setjen DPR RI. “Ayahanda Marzuki Ali benar kita banyak terjebak seremonial, atau ritual yang belum melahirkan kualitas amaliah,” jelasnya. Ia mengingatkan pilihan bagi hamba yang ingin berjumpa dengan Allah dan ingin selamat di akhirat adalah dengan meneladani Nabi Muhammad saw
Salah satu teladan yang banyak diabaikan umat Islam adalah kebiasaan nabi melakukan ibadah kilamulail, shalat malam atau Tahajud. Menurut Arifin bangun pagi dini hari menunjukkan antusiasme dalam menyambut hari baru dan memulainya dengan berdialog dengan Allah SWT dalam kesenyapan pagi.
Lebih jauh Arifin Ilham menjelaskan kemuliaan seorang muslim ada pada shalat malamnya. Jadi kalau ingin mulia di mata Allah, malaikat, hambanya jagalah shalat malam. Kalau orang sudah senang shalat malam semua ibadah lain akan senang. Allah akan memberi energi untuk melaksanakan ibadah lainnya. “Bisa dibayangkan seandainya anggota dewan rajin kilamulail, presidennya, wakil presidennya, aparat kita rajin kilamulail, selesai sudah urusannya. Rasa takutnya pada Allah menjadi lebih kuat, ingin berharap ridho Allah, gak akan mungkin berani korupsi,” ujarnya.
Keinginan melaksanakan ibadah shalat malam menurut Arifin harus datang dari tekad kuat, dan mengesampingkan pilihan lain. Kebiasaan itu harus dimulai dengan mengubah pola hidup, tidur malam lebih awal dan bangun lebih pagi. “Saya terbiasa tidur pukul 9 malam dan bangun pukul 2 pagi. Untuk menjaga itu saya pernah menolak undangan ceramah dihadapan Presiden yang dilaksanakan malam hari. Alasannya sederhana saya tidak ingin terlambat bangun untuk melaksanakan ibadah kilamulail,” terangnya. (iky)/foto:iw/parle.