Belum Ada Bentuk Kawasan Industri yang Ideal

04-02-2020 / KOMISI VI
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima khawatir saat Komisi VI DPR RI melangsungkan rapat kerja dengan Wakil Menteri BUMN II di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (3/2/2020). Foto : Azka/Man

 

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima khawatir dengan bentuk kawasan industri yang menurutnya hingga saat ini belum memiliki kategori ideal. Beberapa kali ia berkunjungs ke kawasan industri di Indonesia, ia melihat tidak ada bentuk spesial dari setiap kawasan industri tersebut. Harusnya dalam era ini kawasan industri saling terintegrasi satu sama lain.

 

Hal tersebut disampaikannya ketika Komisi VI DPR RI melangsungkan rapat kerja dengan Wakil Menteri BUMN II di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (3/2/2020). Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini menyatakan bahwa hampir seluruh kawasan industri di Indonesia ujungnya hanya menciptakan kekumuhan sosial saja.

 

“Sangat kumuh dan itu dampak daripada kekumuhan di lingkungan kawasan itu adalah terjadinya living cost yang sangat tinggi dan tuntutan buruh yang demikian tinggi dan akhirnya seperti yang di Tangerang itu sudah enggak menarik lagi bagi investor untuk berinvestasi, karena crowded, baik secara sosial maupun secara lingkungan itu tidak memenuhi prasyarat untuk kawasan,” jelasnya.

 

Politisi daerah pemilihan (dapil) Jawa Tengah ini mendorong agar Kementerian BUMN selaku pembina BUMN dapat menciptakan desain yang akan ditentukan dalam konteks memenuhi kriteria sebuah daerah sebagai kawasan industri. “Selain lahan ada integrated limbah, kemudian ada listrik ada infrastruktur jalan. Tapi satu hal yang penting adalah soal kawasan untuk perumahan buruh,” tambahnya.

 

Untuk itu ia berharap agar potensi pengembangan kawasan industri yang pondasinya telah dibuat oleh Pemerintah selama lima tahun terakhir, tidak hanya menjadi aset namun bisa jadi resources. Artinya saling interkoneksi antar kawasan industri di Indonesia, maka dapat menjadi resources sesuai dengan pasar yang dituju.

 

“Kita harapkan hal yang sudah ada ini perlu pengembangan yang atraktif. Ini saya sepakat tinggal nanti bagaimana dengan Kementerian Perindustrian dan bagaimana dengan Badan Penanaman Modal yang harus memasarkan ini. Itu perlu ada suatu perencanaan yang tidak fragmentasi tapi terintegrasi,” tukasnya. (er/sf)

BERITA TERKAIT
Asep Wahyuwijaya Sepakat Perampingan BUMN Demi Bangun Iklim Bisnis Produktif
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana akan melakukan rasionalisasi BUMN pada tahun 2025. Salah...
147 Aset Senilai Rp3,32 T Raib, Komisi VI Segera Panggil Pimpinan ID FOOD
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan raibnya 147 aset BUMN ID Food senilai Rp3,32 triliun. Menanggapi laporan tersebut,...
Herman Khaeron: Kebijakan Kenaikan PPN Difokuskan untuk Barang Mewah dan Pro-Rakyat
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen akan mulai berlaku per 1 Januari 2025. Keputusan ini...
Herman Khaeron: Kebijakan PPN 12 Persen Harus Sejalan dengan Perlindungan Masyarakat Rentan
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyoroti pentingnya keberimbangan dalam implementasi kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai...