Diduga Boroskan Uang Negara, Legislator Imbau Program Kartu Prakerja Dihentikan

02-05-2020 / KOMISI II
Anggota Komisi II DPR RI Guspardi Gaus. Arief/Man

 

Kartu Prakerja 2020 yang telah diluncurkan pemerintah terus menuai banyak polemik di tengah masyarakat. Salah satu yang menjadi sorotan publik adalah program pelatihan online yang dinilai tidak efektif dan salah sasaran. Sebab di tengah pandemi Covid-19, masyarakat lebih membutuhkan bantuan secara tunai.

 

Menyikapi hal tersebut, Anggota Komisi II DPR RI Guspardi Gaus mengimbau agar program Kartu Prakerja dihentikan karena mekanisme kerjanya ditengarai memboroskan keuangan negara. Guspardi berpendapat, anggaran itu dialihkan untuk program penanganan Covid-19 bagi masyarakat yang terancam kehilangan daya beli akibat kehilangan pekerjaan maupun pendapatan, terutama untuk pekerja yang mengalami PHK.

 

"Pemerintah harus mendengar masukan dari banyak pihak yang menyatakan bahwa program Kartu Prakerja bermasalah dari awal hingga tahap pelaksanaannya," kata Guspardi dalam pers rilisnya, Sabtu (2/5/2020).vSeperti dikabarkan, pemerintah akan menyalurkan Kartu Prakerja kepada 5,6 juta orang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) serta pekerja informal yang pendapatannya jadi hilang akibat penyebaran Covid-19.

 

Legislator asal Sumatera Barat ini menjelaskan, pemerintah telah menganggarkan dana senilai  Rp20 triliun untuk program Kartu Prakerja, dimana Rp5,6 triliun diantaranya dialokasikan untuk program ‘pelatihan daring/online’ dalam program prakerja tersebut. Hal ini yang terus mendapatkan kritikan dan polemik dari berbagai pihak.

 

Guspardi menyatakan, jika benar materi-materi yang diberikan dalam pelatihan online ini mirip dengan konten-konten pelatihan yang tersebar di internet yang bisa didapatkan secara gratis melalui berbagai channel, tentunya anggaran pemerintah jadi mubazir dan kurang tepat sasaran.

 

"Terlebih di situasi saat ini pemerintah tengah fokus menghambat penyebaran Covid-19 yang berimbas kepada lesunya ekonomi nasional. Lebih baik pemerintah memfokuskan perhatian pada kemampuan daya beli masyarakat dalam mengakses kebutuhan bahan pangan," ucap Guspardi. Ia menambahkan, Kegiatan pelatihan daring ini momentumnya menjadi tidak tepat untuk dilakukan di tengah ancaman wabah covid -19.

 

"Sebaiknya batalkan saja program kartu prakerja ini dan alihkan anggarannya menjadi bantuan tunai langsung. Bantuan berupa uang tunai serta sembako lebih tepat diberikan kepada rakyat kecil, mengingat banyak masyarakat kelas bawah yang terancam kehilangan daya beli akibat kehilangan pekerjaan maupun pendapatan," pungkasnya. (dep/es)

BERITA TERKAIT
Bahtra Banong Ingatkan Hakim MK Jaga Netralitas dalam Sengketa Pilkada Serentak
09-01-2025 / KOMISI II
PARLEMENTARIA, Jakarta – Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Bahtra Banong, mengingatkan seluruh hakim Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menjaga netralitas...
Komisi II Siap Berkolaborasi dengan Kemendagri Susun Draf dan NA RUU Pemilu
06-01-2025 / KOMISI II
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi II DPR RI, Rifqinizamy Karsayuda menegaskan pihaknya siap berkolaborasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dalam...
Perlu Norma Baru untuk Antisipasi Terlalu Banyak Pasangan Capres-Cawapres
04-01-2025 / KOMISI II
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi II DPR RI, Rifqinizamy Karsayuda, menyebut DPR dan pemerintah akan mengakomodasi indikator pembentukan norma baru...
Putusan MK Hapus Ambang Batas Pencalonan Presiden Jadi Bahan Revisi UU Pemilu
03-01-2025 / KOMISI II
PARLEMENTARIA, Jakarta – Mahkamah Konstitusi (MK) menghapus ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold yang diatur dalam Pasal 222 Undang-Undang...