Pembangunan Pabrik EV Battery Harus Bersamaan dengan Permintaan Masyarakat
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Ramson Siagian saat memimpin Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI dengan jajaran BPPT, LIPI, MIND ID dan mitra kerja lainnya di Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Senin (14/12/2020). Foto : Nadia/FTR
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Ramson Siagian mendapati informasi, rencana pembangunan pabrik baterai listrik kendaraan atau Electric Vehicle Battery saat ini prosesnya masih pembentukan sistem, dan direncanakan akan mulai berproduksi pada tahun 2024. Diharapkan masyarakat nantinya dapat mengikuti tren global tersebut, yakni mulai mengalihkan bahan bakar fosil pada kendaraannya menjadi energi listrik berbasis baterai.
Ramson menambahkan, permintaan atau demand masyarakat akan produk berenergi baterai sudah ada. Apalagi ada upaya investor dari Amerika, TESLA, yang akan melakukan investasi di Indonesia untuk membangun pabrik kendaraan yang menggunakan energi listrik. Menurutnya ini menjadi langkah yang akan seirama dengan pembangunan pabrik EV Battery.
“Jadi pada saat nanti (TESLA) mau proses produksi di sini, (pabrik EV Battery) sudah juga proses produksi, memang itu rencana sinergi itu sangat baik. Karena tentu kalau ada produksi, harus ada demand juga. Selain juga nanti bisa masuk ke regional market atau ke global market mungkin sulit, ya paling tidak regional market,” ungkapnya usai memimpin pertemuan Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI dengan jajaran BPPT, LIPI, MIND ID dan mitra kerja lainnya di Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Senin (14/12/2020).
Lebih lanjut politisi Partai Gerindra itu menambahkan bahwa di masa sidang berikutnya Komisi VII DPR RI akan menggelar Rapat Dengar Pendapat dengan BPPT, LIPI, MIND ID, Pertamina, PLN dan PT LEN Industri untuk membicarakan langkah dan perkembangan selanjutnya, dengan tentunya mendorong sinergi antar stakeholder-nya dapat segera terwujud.
Terkait dengan kesiapan masyarakat sendiri untuk beralih dari kendaraan berbasis bahan bakar fosil ke energi bersih, yaitu energi listrik berbasis baterai, Ramson beranggapan bahwa produksinya harus dibuktikan lebih dulu, sehingga jika biaya dan energinya nanti lebih murah, otomatis masyarakat pun akan dengan sendirinya beralih ke kendaraan berbasis baterai listrik ini.
“Ya produksinya harus dibuktikan dulu, terus baterainya ada, masyarakat nanti akan memilih. Apalagi kalau produksi itu harganya lebih murah, terus energinya lebih murah, lebih bersih, tentu kita tanpa diperintah pun, artinya masyarakat akan memilih alternatif yang terbaik untuk digunakan. Itukan market pasar gitu,” analisa legislator dapil Jawa Tengah X itu.
Sementara Anggota Komisi VII DPR RI Tifatul Sembiring mengapresiasi langkah pembentukan pabrik industry EV Battery tersebut. Menurut politisi PKS itu, baterai sendiri tidak merupakan salah satu pembangkit listrik, namun energi panas matahari dan listrik dapat disimpan didalam baterai. Dirinya juga menilai hal ini langkah baik, mengingat bahan bakunya adalah nikel yang menurutnya akan bagus perkembangannya bagi Indonesia di masa depan nanti.
“(Baterai) Mobil itu kan harus dicas diisi dulu, dia nyimpan aja gitu (seperti) storage. Tapi baguslah, karena bahan bakunya nikel dan sebagaimana banyak di negeri kita, ini bagus (untuk) perkembangan ke depan. Jadi mudah-mudahan kebutuhan kita untuk impor energi itu makin berkurang. Yang seperti sekarang, BBM juga kan itu energi juga luar biasa kan, kita lebih dari daripada 400 ribu barel per hari impor dan itukan pakai uang terus,” tutup legislator dapil Sumatera Utara I itu. (ndy/sf)