Mahasiswa Perlu Alihkan Peran dari Gerakan Moral ke Intelektual
Kondisi bangsa yang berkembang saat ini dapat mengarah pada distrust society atau masyarakat yang sudah tidak saling percaya. Indikasinya terlihat dari partai politik yang cendrung tidak sejalan aspirasi rakyat, media yang larut dengan framming berita sendiri serta tidak adanya pemimpin yang direktif memiliki kemampuan mengarahkan bangsa.
“Tidak ada visi yang sama yang dapat mendireksi kita sebagai bangsa. Kita saat ini memerlukan pemimpin yang direktif yang dapat mengarahkan bangsa, yang mampu meyakinkan orang untuk mengikuti langkahnya kepada satu narasi,” kata Wakil Ketua DPR RI Anis Matta saat beraudiensi dengan mahasiswa peserta Indonesia Leadership Camp (ILC) dari seluruh Indonesia di Operation Room, Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/10/11).
Indikasi lain terlihat ketika anak bangsa sibuk ribut hanya karena persoalan kecil, seakan tidak punya prioritas. Seiring dengan itu berlangsung globalisasi dimana negara berkembang pada format baru, yaitu model negara jaringan. Teknologi akan membuat negara terbagi pada zona ide dan interest, sehingga sudah jadi pemandangan biasa orang berada disatu negara tapi berkat teknologi ia bekerja untuk negara lain. “Jadi perlu ada satu kekuatan yang dapat mengubah arah perjalanan bangsa ini,” imbuh Wakil Ketua DPR bidang Korekku ini.
Keadaan ini perlu disikapi mahasiswa dengan mengganti peran yang dilakoninya selama ini. “Peran mahasiswa sekarang harus berpindah dari gerakan moral ke gerakan intelektual. Ini yang perlu karena kita memasuki era kekosongan narasi,” lanjutnya. Mahasiswa harus jadi bagian yang bisa meyakinkan publik bahwa kita sebagai bangsa sedang menuju ke satu tujuan yang pasti.
Peran mahasiswa diperlukan untuk mempengaruhi stakeholder bangsa. “Pengaruhi penentu kebijakan termasuk anggota DPR, caranya datang ke orangnya, bicara dengan baik, feeding dia dengan informasi, tulis dan kirim ke akun mereka facebook, tweeter dan email. Terus dan terus, memang mesti rajin-rajin,” tegasnya. “Jadi sekarang bagaimana mentransformasikan apa yang ada di kepala anda kepada kepala orang lain.”
Anis Matta yang mengaku aktif bertweeter ini menyebut gerakan moral dengan demonstrasi cendrung tidak efektif lagi karena era untuk itu sudah berlalu. Publik sekarang membutuhkan narasi logis karena lelah melihat orang yang menyampai sesuatu dengan kemarahan. Peran mahasiswa diperlukan menumbuhkan gerakan intelektual yang akan berbekas pada pergerakan bangsa ini.
Febriana Sartika mahasiswa Undip peserta ILC mengatakan dapat menerima paparan yang disampaikan Wakil Ketua DPR Anis Matta. Ada kecendrungan gerakan moral mahasiswa sekarang ini terjebak dengan kekerasan dan anarkisme. “Demo itu tidak harus keras woro-woro, tapi lebih ke gerakan intelektual. Kita datangin ke stake holder-nya, lobbying langsung face to face kemudian bisa juga share ide dan knowledge ke akun mereka,”ujarnya.
Sementara itu M.Syafrudin mahasiswa IPB Bogor menyebut publik saat ini memerlukan pencerdasan dan pemikiran rasional. Mahasiswa memiliki instrumen untuk terjun berbicara langsung dengan masyarakat. “Kita bisa main di media tanpa perlu turun ke jalan. Kita bisa main di facebook, tweeter, kita buat tulisan di media majalah, koran, itu akan mempengaruhi mind set fikiran di masyarakat, itulah yang perlu kita lakukan ke depan,” imbuhnya.
Indonesia Leadership Camp yang diikuti 100 orang mahasiswa dari 30 Perguruan Tinggi se-Indonesia dilaksanakan oleh Direktorat Kemahasiswaan Universitas Indonesia. Kegiatan yang berlangsung selama empat hari ini bertujuan diantaranya, menumbuhkan kader-kader pemimpin muda, menumbuhkan kesadaran untuk berkontribusi bagi daerah tanpa meninggalkan semangat nasionalisme. (iky) foto:ry/parle