Tanpa Peningkatan ‘Testing-Tracing’, Penanganan Pandemi Tak Akan Optimal
Ketua Komisi IX DPR RI Felly Estelita Runtuwene dalam webinar bertema “Evaluasi PPKM Darurat dalam Perspektif Kesehatan, Sosial, Ekonomi, dan Hukum, yang diselenggarakan Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI, Kamis (29/7/2021). Foto: Arief/Man
Ketua Komisi IX DPR RI Felly Estelita Runtuwene menegaskan tanpa ada peningkatan pengetesan (testing) dan pelacakan (tracing) Covid-19 di masyarakat, maka penanganan pandemi tidak akan optimal. Menurut Felly, kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat mulai dari PSBB pada awal pandemi hingga PPKM Darurat saat ini tidak akan efektif jika tidak dibarengi dengan testing-tracing yang masif tersebut.
“Testing dan tracing ini mutlak harus dilakukan. Kami tidak henti-hentinya ingatkan pemerintah agar peningkatan testing ini sebagai prasyarat agar penanganan pandemi bisa lebih efektif lagi. Kita sudah adakan, PPKM, PSBB, dan sebagainya, tapi kalau tidak dibarengi dengan testing dan tracing saya kira tidak akan maksimal,” tegas Felly dalam webinar bertema “Evaluasi PPKM Darurat dalam Perspektif Kesehatan, Sosial, Ekonomi, dan Hukum, yang diselenggarakan Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI, Kamis (29/7/2021).
Felly menyebut Indonesia hanya melakukan tes kepada 66.807 orang / 1 juta orang, di mana angka tersebut sangat jauh dibandingkan dengan Malaysia yang sudah melakukan tes kepada 417.767 orang / 1juta orang. Juga dengan Thailand yang melakukan tes sebanyak 116.190 orang / 1juta orang.
“Kami memantau positivity rate harian dan seminggu terakhir ini, positivity rate khususnya PCR yang terus di atas angka 40 persen bahkan mencapai 45,40 persen per tanggal 27 Juli 2021. Angka ini menunjukkan saat ini ada penularan yang tinggi di masyarakat,” papar Politisi Partai NasDem ini.
Karena itu, Felly menegaskan Komisi IX DPR RI secara konsisten terus memberikan desakan kepada pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan RI, untuk secara serius meningkatkan testing dan tracing tersebut. Felly meminta adanya kerja-kerja yang betul terstruktur penanganan pandemi tersebut, sehingga kasus Covid-19 tidak berkepanjangan dan ekonomi Indonesia segera pulih.
Di sisi lain, Felly juga berharap perluasan cakupan testing-tracing tersebut juga diimbangi dengan metode lain selain RT-PCR, yaitu metode Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) yang juga dapat digunakan untuk mendeteksi RNA Sars Cov-2. Diketahui, Metode NAAT ini telah termuat dalam panduan tata laksana pemeriksaan Covid-19 yang dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat dan Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi.
“Sekali lagi kami sampaikan tanpa ada peningkatan testing-tracing, maka penanganan pandemi tidak akan optimal. Karena kita tidak mengetahui secara riil jumlah kasus positif dan kebijakan PPKM tidak akan bisa berjalan efektif. Kami juga berharap adanya kesadaran masyarakat untuk turut aktif melakukan hal itu secara berkesinambungan dan konsisten,” tegas legislator dapil Sulawesi Utara itu. (rdn/sf)