Kapolri Diminta Bentuk Tim Investigasi Pengusiran Berdarah Mesuji
Keprihatinan yang dalam disampaikan anggota Komisi III DPR RI terhadap kasus pengusiran yang diikuti kekerasan berdarah, mengakibatkan korban luka dan meninggal dunia di Kabupaten Mesuji, Lampung. Dugaan sementara aksi biadab ini dilakukan oleh petugas keamanan perusahaan perkebunan didukung oleh oknum aparat kepolisian.
“Ini biadab, kita tidak tahu siapa pelakunya walaupun pakai uniform. Masyarakat melaporkan ada keterlibatan PAM swakarsa. Saya sudah tanyakan ke Dirjen AHU bahwa itu benar ada perusahaan PMA dari Malaysia. Ini sama seperti di Kalimantan juga diributkan perusahaan Malaysia membantai orang utan. Jadi kasus ini Pak Kapolri perlu membentuk tim investigasi,” kata anggota Komisi III dari FPPP, Ahmad Yani dalam rapat kerja dengan Kapolri di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu malam (14/12/11).
Ia juga menceritakan rekaman video kepada Kapolri yang disampaikan masyarakat Mesuji dalam pertemuan sebelumnya dengan Komisi III. “Masa kepala orang ditenteng-tenteng, saya yakin video ini sudah beredar ke seluruh dunia. Ini jelas merusak citra bangsa yang berpancasila dan berperikemanusiaan,” kata Yani.
Anggota Komisi III dari FP Hanura Syarifudin Sudding secara khusus menyerahkan rekaman video yang diperolehnya dari masyarakat Mesuji Kapolri. Ia mendorong aparat untuk mengungkap tuntas kasus ini, serta menjelaskan kepada publik apa yang sebenarnya terjadi.
Sementara itu Wakil Ketua Komisi III Nasir Djamil mendukung usulan pembentukan tim investigasi oleh aparat kepolisian. Baginya kasus ini tidak boleh berhenti begitu saja karena alasan kejadiannya sebulan atau tiga bulan lalu. Ia juga menyatakan Komisi III patut melakukan kunjungan lapangan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di wilayah Mesuji, Lampung tersebut. “Kita akan bicarakan dalam rapat pleno soal rencana kunjungan lapangan ini segera,” ujarnya.
Dalam penjelasannya Kapolri Jendral Polisi Timur Pradopo mengatakan sudah memperoleh laporan terkait kejadian di Mesuji, Lampung. Ia menyebut peristiwa itu terjadi awal November lalu bermula dari kasus sengketa lahan. Saat itu ada warga masyarakat yang disandera oleh sekelompok masyarakat lain. Untuk menyelesaikan kasus ini polisi mendatangi tempat kejadian dan berhasil membebaskan warga. Namun proses evakuasi memanas karena dalam perjalanan rombongan aparat dicegat masyarakat. “Polisi terpaksa melepaskan tembakan, dalam kejadian itu seorang warga meninggal dunia,” jelasnya.
Saat ini tambahnya aparat masih melakukan proses penyelidikan dan penyidikan untuk mendalami kasus ini. Ia berjanji setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh akan menyampaikan laporan lengkap. Apabila dalam proses pemeriksaan ditemukan ada anggota kepolisian bersalah, melaksanakan tugas tidak sesuai prosedur, maka akan ditindak sesuai ketentuan yang berlaku. Terkait video kekerasan, pembakaran rumah dan aksi pemenggalan kepala, ia mengaku sudah menontonnya. “Saya sudah periksa videonya, ada gambar yang jelas, ada gambar yang penuh trik-trik,” demikian Kapolri. (iky)