Bank Syariah Harus Jadi Motor Keberpihakan pada Kepentingan Umat

13-01-2012 / PIMPINAN
Publik masih sering mengeluhkan ketidakadilan yang mewarnai sistem perbankan di tanah air. Kondisi yang paling menonjol adalah tingginya tingkat suku bunga pinjaman yang menyulitkan pengusaha. Realitas lain semakin kecil pengusaha semakin mahal biaya yang harus ditanggungnya pada perbankan, semakin besar perusahaannya semakin murah yang dibayarkan pada perbankan.
 
“Masyarakat mengeluh, sulitnya mendapatkan akses ke-sistem perbankan, mahalnya beban yang harus ditanggung. Semakin kecil pengusaha semakin mahal biaya yang harus ditanggung pada perbankan. Semakin besar perusahaannya semakin murah yang dibayar kepada perbankan. Itulah yang terjadi sekarang ini, ketidakadilan,” kata Ketua DPR RI Marzuki Alie saat menyampaikan pidato dalam acara Grand Opening 9 kantor cabang pembantu dan kantor wilayah Bank Muamalat se-Sumatera bagian selatan di Palembang, Sumsel, Kamis (12/1/12).
 
Ia juga menyoroti overhead cost di bank-bank Indonesia yang rata-rata diatas dua persen karena terlalu banyak biaya yang dikeluarkan tidak berkaitan dengan operasional perbankan itu sendiri. Sebagai contoh mensponsori kegiatan tertentu, pemasangan iklan tidak produktif. Pada akhirnya beban biaya yang harus dikeluarkan oleh perbankan jadi tinggi dan ini ditanggung oleh debitur yang meminjam di bank.
 
Kepada praktisi perbankan dari wilayah Sumbagsel (Sumsel, Jambi, Bengkulu, Babel dan Lampung) yang hadir dalam acara tersebut Marzuki mengingatkan peran perbankan dalam menggerakkan sektor reel. “Jepang sanggup memberikan pinjaman kepada pengusahanya dengan tingkat bunga 1 persen, rata-rata di Cina dibawah 3 persen. Indonesia masih diatas 10 persen. Jadi beban pengusaha kita lebih besar dari pada pengusaha yang berasal dari luar negeri. Inilah yang mengakibatkan sulitnya industri dalam negeri khususnya pengusaha kecil menengah bersaing dengan barang-barang impor,” tandasnya.
 
Ia memberikan apresiasi kepada Bank Indonesia yang telah mengimbau perbankan yang untuk menurunkan suku bunga pinjaman. “Hanya sayangnya BI hanya bisa menghimbau, perbankan kelihatan masih enggan” lanjutnya. “Makanya begitu bank-bank negara ramai-ramai menyatakan keuntungan sekian puluh triliun, saya bilang saya tidak bangga. Saya tidak appreciate dengan keuntungan yang diperoleh bank negara. Yang perlu jadi pertanyaan sejauh mana mereka memberikan kemaslahatan bagi rakyat, menyalurkan dana untuk rakyat. Itu yang harus dipertanyakan. Tidur saja manejemen bank itu sudah untung, taruh saja di SBI,” tegas Marzuki.
 
Ketua DPR berharap dalam kondisi ini bank yang menerapkan prinsip syariah seperti Bank Muamalat dapat berperan bagaimana menghadirkan sistem perbankan yang berpihak pada kepentingan umat. “Saya harapkan motornya itu harusnya di bank syariah, menjadi bank yang berpihak pada kepentingan umat. Makanya jelaskan pada nasabah kalau anda nyimpan disini ikhlaskan, dengan sistim bagi hasil tingkat bunga lebih rendah dari pada bank konvensional. Namun uangnya  akan disalurkan kepada masyarakat dengan tingkat bunga yang jauh lebih kecil dari pada bank konvensional,” lanjutnya. Politisi Partai Demokrat ini memperkirakan dengan tingkat suku bunga pinjaman berkisar 8 persen perbankan sudah memberikan sesuatu bagi pertumbuhan ekonomi bangsa.
 
Sementara itu bicara pada kesempatan yang sama pakar perbankan syariah M. Syafei Antonio menyatakan perkembangan perbankan syariah di dunia sangat luar biasa. “Syariah sangat diterima secara global, ini karena sistem perbankan ini anti spekulasi, konsen pada usaha kecil, transparansi dan berbagi risk and return,” paparnya. Ia menyebut fakta di Inggris yang nota bene penduduknya sebagian besar Protestan saat ini sudah terdapat 15 bank syariah. Dari keterangan yang diperolehnya dari salah seorang pimpinan bank syariah di Inggris, kemajuan ini didukung ajaran agama Protestan yang juga melarang umatnya berperilaku riba.
 
Di Indonesia yang sebagian besar penduduknya muslim sampai bulan September 2011 sudah ada 11 bank umum syariah, 154 BPR syariah. Saat ini tercatat tidak kurang dari 3200 cabang diseluruh Indonesia dengan aset mencapai 130 triliun. Sedangkan di Sumbagsel terdapat 5 cabang utama dan 32 cabang pembantu. “Perkembangannya sangat progresif. Bank Syariah saya rasa sudah menjadi lifestyle,” imbuhnya. Ia berharap kehadiran lebih banyak cabang Bank Muamalat dapat menjadi motor penggerak ekonomi di wilayah ini. (iky)
BERITA TERKAIT
Tangki Kilang Cilacap Terbakar, Puan Maharani: Segera Audit Sistem Pengamanan Kilang Pertamina
15-11-2021 / PIMPINAN
Prihatin dengan insiden terbakarnya tangka kilang di Cilacap pada Minggu (14/11/2021) lalu, Ketua DPR RI Dr. (H.C) Puan Maharani meminta...
Tutup Piala KBPP Polri, Puan Harap Lahir Bibit Atlet Pesepak Bola
14-11-2021 / PIMPINAN
Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani menutup turnamen sepakbola Piala Keluarga Besar Putra Putri (KBPP) Polri usia dini yang...
Rachmat Gobel: Pemda Harus Cari Solusi Atasi Banjir Gorontalo
13-11-2021 / PIMPINAN
Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel meminta Pemerintah Daerah Gorontalo harus cepat turun tangan menyelesaikan masalah banjir yang terjadi di...
Panen Padi di Banyuwangi, Puan Dorong Pertanian Dijadikan Agrowisata
12-11-2021 / PIMPINAN
Ketua DPR RI Dr. (H.C) Puan Maharani melanjutkan rangkaian kunjungan kerja ke Banyuwangi, Jawa Timur dengan turut serta memanen padi...