Komisi VIII Dukung Program Pertanian Kabupaten Kepahiang, Bengkulu
Tim kunjungan kerja Komisi VIII ke Provinsi Bengkulu mendukung penuh program pengentasan kemiskinan di Kabupaten Kepahiang. Daerah yang memakan waktu 2 jam perjalanan darat dari ibukota Bumi Raflesia ini, dahulu masih masuk kategori tertinggal bahkan pernah mengalami busung lapar tahun 2003, namun saat ini kondisinya 180 derajat berbeda dibandingkan yang lalu.
“Saya terkagum-kagum mendengar paparan dari Pak Bupati, kami doakan insyaAllah petani Kepahiang akan menjadi milyarder. Kami berbangga hati daerah ini terus berkembang dari daerah busung lapar, naik jadi daerah tertinggal, 5 tahun lagi ditargetkan jadi daerah milyarder,” kata Ketua Komisi VIII, Ida Fauziah dalam pertemuan di desa Kampung Bogor, Kepahiang, Bengkulu, Selasa (17/4/12).
Bupati Kepahiang Bando Amin C. Kader dalam paparannya, menyebutkan bahwa daerahnya sebenarnya sangat subur namun ironinya masyarakat terjebak dalam kemiskinan. Perjuangan untuk bangkit mendorong lahirnya program unggulan Siluna yaitu upaya budi daya pohon Singon, talas unggul dari Jepang satoimo atau disingkat Imo, kopi Luak dan buah Naga.
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu yang sengaja dibangun di wilayah ini dilibatkan mendukung program Siluna, setiap desa rata-rata menyiapkan lahan 200 hektar dengan 3000 batang pohon Sengon/hektar. Diantara rimbunan pohon ditanam tumpang sari Talas Satoimo sebanyak 24 ribu rumpun/hektar. “Setiap desa akan didukung tenaga penyuluh pertanian dan diproyeksikan pada tahun kelima lahan 1 hektar Sengon dan Talas Imo akan menghasilkan setidaknya Rp. 1,12milyar lebih. Bayangkan kalau setiap desa punya 200 hektar,” jelasnya disambut tepuk tangan masyarakat yang memenuhi ruang pertemuan.
Untuk mendukung permodalan, lanjutnya, Pemkab Kepahiang membentuk koperasi yang bekerjasama dengan Koperasi Satmakura yang sukses dengan program yang sama di Bontang, Kaltim. Tidak seperti perkebunan swasta yang sering berkonflik dengan petani, ia meyakinkan dengan sistem koperasi masyarakat lebih diberdayakan dan tetap memiliki lahan mereka.
Seperti kita ketahui, Kayu sengon cukup laris di pasaran, banyak digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Ini ideal untuk tanaman tumpang sari dibawahnya.
Dalam pertemuan tersebut Komisi VIII DPR menyerahkan bantuan melalui Kemensos senilai Rp.600 juta kepada 20 Kelompok Usaha Bersama (Kobe) di Kabupaten Kepahiang. “Untuk mengembangkan ekonomi produktif masyarakat yang saat ini sedang digalakkan Pak Bupati, semoga pada saatnya bisa terwujud,” imbuh Ida Fauziah yang juga politisi FPKB ini.
Tim Kunker Komisi VIII diantaranya Sayed Fuad Zakaria, Oheo Sinapoy, Ledia Hanifa, Abdul Rozaq Raiz dan Dewi Coryati berkesempatan meninjau pameran produk pertanian. “Terasa segar tidak seperti buah supermarket di Jakarta,” kata Sayed Fuad Zakaria dari FPG, usai mencicipi buah naga hasil panen petani yang dipamerkan. Rombongan juga dipandu untuk melihat lahan perkebunan dan kebun pembibitan. (iky)