Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Terkendala Akses Internet

15-06-2022 / KOMISI X
Anggota Komisi X DPR RI Zainuddin Maliki saat mengikuti Kunspek Komisi X DPR menyerap asprasi pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar di Palembang, Sumsel, Senin (15/6/2022). Foto: Jaka/nvl

 

Anggota Komisi X DPR RI Zainuddin Maliki mengatakan, implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Palembang, Sumatera Selatan masih terkendala dengan sarana penunjang, terutama Information Technology (IT). Dikarenakan Kurikulum Merdeka Belajar itu punya konsentrasi pengembangan pembelajaran yang memang fleksibel, tetapi kemudian ketergantungannya terhadap IT akses internet itu menjadi lebih kuat.

 

“Nah (akses internet) ini menjadi masalah bagi penyelenggara atau guru sekolah-sekolah di Palembang. Saya bisa membayangkan bagaimana dengan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar ini di daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal (3T) yang belum bisa akses internet. Dari segi konsep memang kurikulum ini menempatkan sumber belajar itu tidak hanya terbatas pada guru bahkan tidak hanya terbatas pada buku, tapi yang ingin dipelajari itu adalah kehidupan itu sendiri yang luas," kata Zainuddin saat mengikuti Kunspek Komisi X DPR menyerap asprasi pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar di Palembang, Sumsel, Senin (15/6/2022).

 

Menurut politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini, misalnya dalam kurikulum tersebut jika belajar tentang ekonomi dengan pendekatan utility memanfaatkan pasar, jadi para siswa-siswi langsung terjun ke pasar atau kalau tidak bisa disimulasikan saja. Nah, kalau mensimulasikan itu kan butuh teknologi, disinilah kelemahan dari implementasi dari Kurikulum Merdeka Belajar ini yang dijalankan oleh sekolah penggerak.

 

"Kalau sekolah penggerak kita tahu telah dijalankan di sekolah-sekolah yang bagus, kalau evaluasinya yang disampaikan oleh Kemendikbud dengan menjalankan program  Kurikulum Merdeka Belajar terjadi peningkatan prestasi belajar. Capaian literasi angkanya menjadi 570, sedangkan saat menerapkan kurikulum 2013 hanya mencapai angka 532, setelah terkena pandemi turun lagi menjadi 482. Dengan menerapakan kurikulum ini memang ada peningkatan capaian literasi, akan tetapi hanya di sekolah-sekolah yang SDMnya sudah baik,” terang legislator daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur X ini.

 

Zanuddin menerangkan, untuk para guru yang menjalankan kurikulum merdeka belajar ini di Palembang sudah mendapatkan bimbingan, pendampingan atau pelatihan tetapi yang mereka keluhkan adalah sarana penunjangya terutama adalah IT. “Yang harus kita antisipasi adalah daerah-daerah yang masih belum bisa mencukupi guru yang kompeten dan sarpras dukungan sumber belajar itu yang perlu kita pelajari,” ujarnya. (jk/sf)

BERITA TERKAIT
Komisi X Dukung Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045
30-12-2024 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta – Komisi X DPR RI menyatakan dukungan penuh terhadap Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diluncurkan di...
My Esti Wijayati: Mahasiswa Magang di DPR RI Wajib Pahami Konstitusi Negara
20-12-2024 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Program Magang Di Rumah Rakyat (MDRR) DPR RI merupakan bagian dari program Merdeka Belajar dari Pemerintah dalam...
Sekolah Internasional Kena PPN 12 Persen, Ledia Hanifa: Harusnya Tidak Naik Setinggi Itu!
18-12-2024 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah menanggapi rencana sekolah Internasional yang akan dikenakan PPN 12...
Agung Widyantoro Harap Kepala Daerah Terpilih Peduli Sarpras Stadion Lukas Enembe Papua
10-12-2024 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jayapura - Anggota Komisi X DPR RI Agung Widyantoro menyoroti pemanfaatan sarana dan prasarana Kompleks Olahraga Stadion Lukas Enembe...