Zulfikar Hamonangan Kritik Tumpang Tindih Program Pelatihan Antar-Kementerian

08-12-2022 / KOMISI VII
Anggota Komisi VII DPR RI Zulfikar Hamonangan saat Rapat Kerja Komisi VII DPR RI bersama Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita beserta jajaran. Foto: Jaka/nr

 

Anggota Komisi VII DPR RI Zulfikar Hamonangan mengkritik soal tumpang tindihnya program kerja pada Kementerian Perindustrian dengan Kementerian Ketenagakerjaan dan kementerian/lembaga lainnya. Menurutnya, dengan potensi nikel yang besar, Kemenperin sepatutnya memberikan perhatian pada peningkatan tenaga keahlian melalui pelatihan SDM dalam mengelola nikel. Khususnya pada sektor produksi industri baterai, ketimbang misalnya menargetkan industri dirgantara yang setahun hanya bisa memproduksi dua pesawat.

 

“Kita seolah-olah seperti PMDK, PMDK itu Pelatihan Melulu Dikuasai Kagak. Untuk apa PT Dirgantara (Indonesia) mempekerjakan banyak orang di sana, lalu tidak ada hasilnya untuk negara. Mending kita buat helikopter-helikopteran untuk remote-remote kontrol anak, jelas itu laku dijual di pasaran, sehingga ada hasilnya,” tegas Zulfikar dalam Rapat Kerja Komisi VII DPR RI bersama Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita beserta jajaran, di Gedung Nusantara I, Senayan Jakarta, Rabu (7/12/2022).

 

Di sisi lain, Politisi Partai Demokrat itu menegaskan, ekspor nikel perlu dibatasi dan diatur karena kebutuhan bakunya sangat dibutuhkan di dalam negeri untuk mendukung produksi baterai kendaraan listrik. Karena itu perlu sebuah terobosan supaya kekayaan sumber daya alam nikel bisa memberikan dampak positif untuk negara dan menumbuhkan perekonomian nasional. Terkait pentingnya menghidupkan dunia industri yang akan mengakomodir banyak tenaga kerja, Kemenperin diingatkan agar tidak membuat program yang terkesan megah.

 

“Kita kadang-kadang membuat konsep yang wah, padahal jadi weh. Nanti ganti menterinya, lain lagi konsep menterinya yang baru. Lain menteri lain konsep, tidak ada jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang. Contoh Kementerian Perindustrian dengan Kementerian ESDM bicara soal industri nikel, sementara bisa dicek itu investor dari China rata-rata. Mereka menguasai harga pasar, kalau kita tidak cepat bicara produksi baterai, dan Kemenperin tidak punya visi itu, ini percuma,” tandas Legislator Dapil Banten III tersebut. (sf/aha)

BERITA TERKAIT
Program MBG Diluncurkan: Semua Diundang Berpartisipasi
06-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Gizi Nasional dijadwalkan akan meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hari ini, Senin, 6 Januari 2025....
Komisi VII: Kebijakan Penghapusan Utang 67 Ribu UMKM di Bank BUMN Perlu Hati-Hati
04-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay menyoroti rencana pemerintah yang akan menghapus utang 67 ribu...
Pemerintah Diminta Tingkatkan Daya Saing Produk UMKM dan Ekonomi Kreatif Indonesia
03-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini dituntut untuk menata dan...
Dina Lorenza Dukung Kenaikan PPN: Harus Tetap Lindungi Masyarakat Menengah ke Bawah
24-12-2024 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Dina Lorenza mendukung rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen...