Dialog Lintas Agama dan Budaya Krusial di Era Milenium Baru
Presiden PUIC atau Ketua DPR Marzuki Alie menilai dialog lintas agama dan budaya secara mendalam sangat penting di era milienium baru ini.
Saat ini, lanjut Marzuki, karena semakin meningkatnya arus globalisasi akibat mobilitas dan interaksi hubungan antar manusia, lintas negara yang dinamis ditambah lagi dengan kemajuan teknologi dan ekonomi berdampak semakin meningkatnya kepentingan masyarakat dalam berbagai bidang.
"Karena itu perlu ada solusi-solusi baru yang adapatif dalam merespon kebutuhan baru yang muncul termasuk yang lahir dari berbagai identitas baru seperti keyakinan agama, budaya dan sebagainya," ujarnya saat membuka Sidang The Parlimentary event on interfaith dialogue dengan tema "The Parliamentary Role in Interfaith and intercultural cooperation", di Grand Hyatt Bali, Kamis, (21/11).
Menurutnya, keberagaman yang muncul ada kalanya melahirkan konflik baru, khususnya negara yang sedang membangun demokrasi atau dalam tahap transisi demokrasi seperti di Indonesia dan beberapa negara lainnya.
"sumber konflik tidak saja berasal dari dalam negeri bagi negara-negara yang sedang mengembangkan demokrasinya tetapi juga muncul dari negara-negara demokrasi yang sudah maju, karena kebebasan tanpa mengindahkan hakekat dari keberagaman tersebut," paparnya.
Marzuki mencontohkan sebagai akibat kebebasan menyatakan pendapat berekspresi memunculkan kasus film innocence of muslims, bahkan telah menimbulkan reakis dan banyak korban terhadap kemunculan film itu.
Dia mengharapkan keberagaman atau kemajemukan seharusnya dapat menjadi modal yang baerharga bagi terbeantuknya sikap yang mengagungkan persatuan dan kesatuan.
"Anarkisme dan kekerasan sebagai ekses dari perbedaan keyakinan, agama, dan budaya tidak boleh terjadi,karena itu pentingnya dialog dengan semua pihak yang berkepentingan agar tercipta harmoni dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," tandasnya.
Selain itu, keyakinan agama dan budaya, sesungguhnya memiliki prinsip mengagungkan nilai kemanusiaan universal. "tanpa nilai kemanusiaan agama akan kehilangan makna. dalam memperjuangkan nilai kemanusiaan untuk kemaslahatan masyarakat," jelas Marzuki Alie.
Para pemimpin agama, tokoh masyarakat, pemerintah dan wakil-wakil rakyat harus memiliki satu visi, mimpi yang sama, satu semangat bagi terciptanya kerukunan masyarakat sebagai warga bangsa agar terciptanya rasa aman, nyaman dan damai.
Disisi lain, guna mencegah keresahan masyarakat yang dapat mengganggu keharmonisan antar umat bearagama, para pejabat, tokoh atau pemimpin masyarakat dan negara perlu memperkokoh kemampuan mengontrol diri agar tidak terprovokasi menyampaikan ucapan saling menyudutkan.
"Perlu dibangun sikap toleran, respek, dialog dan kerjasama yang baik untuk tingkat lokal, regional maupun dalam tataran internasional," paparnya. (si)/foto:iwan armanias/parle.