Vaksinasi Mpox Harus Tepat Sasaran Dan Efektif
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani. Foto : Dok/Andri
PARLEMENTARIA, Jakarta - Sebagai langkah antisipasi wabah Monkeypox (Mpox), Pemerintah telah menyiapkan pengobatan dan vaksinasi Mpox. Saat ini Pemerintah tengah mengimpor 1.600 vaksin dari Denmark, meski pemberiannya belum bisa dilakukan secara massal. Pemberian vaksin ini menurut anggota Komisi IX DPR RI Netty Prastiyani harus tepat sasaran dan efektif.
“Ini langkah yang strategis dan tepat dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit Mpox di Indonesia. Pemberian vaksin harus tepat sasaran dan efektif menjangkau kelompok rentan,” tegas Netty dalam keterangan persnya, Rabu (28/8/2024).
Netty juga berpesan agar vaksin Mpox tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab mengingat harga satu dosis vaksin mencapai Rp 3,5 juta. Artinya untuk 1.600 vaksin, total anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah mencapai Rp 5.6 miliar. Sebelumnya di tahun 2022 Indonesia sudah memiliki 1.000 vaksin Mpox namun kini hanya tersisa 40 vaksin.
Menurut Legislator dari Dapil Jawa Barat VIII itu, alangkah baiknya jika vaksin Mpox diperuntukan bagi petugas kesehatan terlebih dahulu. Netty mengatakan, seperti untuk petugas yang melakukan skrining pada delegasi acara Indonesia-Africa Forum yang akan berlangsung di Bali.
“Termasuk untuk petugas lab yang sering melakukan pemeriksaan dan kelompok rentan, terutama di daerah-daerah yang sudah ada riwayat penyebaran penyakit Mpox,” terangnya.
Adapun Mpox sendiri adalah salah satu spesies virus cacar, ditandai dengan ruam lalu diikuti dengan benjolan yang muncul di kulit. Menurut Kemenkes, mayoritas penyebaran Mpox terjadi melalui kontak seksual sehingga pemberian vaksin Mpox saat ini selain untuk petugas kesehatan, diprioritaskan kepada kelompok berisiko seks.
“Kita harap ke depan penerima vaksinasi Mpox bisa semakin diperluas apalagi dari laporan kasus di Afrika kasus Mpox sudah banyak ditemukan pada anak-anak yang penularannya melalui kontak fisik dengan orang yang mengasuh mereka,” urai Netty.
Selain hubungan seksual, penularan Mpox disebut juga terjadi saat menyentuh sekresi orang yang terinfeksi, menyentuh pakaian mereka atau bahkan berbicara dalam jarak dekat untuk jangka waktu tertentu, dengan potensi terjadinya tetesan air liur atau droplet. Ini adalah kemungkinan jalur penularan yang disebutkan oleh WHO.
Dengan kata lain, semakin banyak kontak dan semakin lama kontak, semakin besar kemungkinan penularan. Untuk itu, Netty mengimbau sosialisasi dan edukasi ke publik penting dilakukan sebab masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang cacar monyet ini.
“Kampanye maupun promosi penanganan monkeypox ini perlu secara masif di fasilitas-fasilitas publik. Langkah ini perlu diambil agar masyarakat kita punya pengetahuan terkait monkeypox, baik gejala, cara penanganan, maupun persebarannya di dunia,” imbaunya.
Netty mengatakan, langkah pencegahan akan efektif manakala masyarakat mengetahui apa yang tengah dihadapinya. Dengan pengetahuan yang akurat, masyarakat pun jadi memiliki kesadaran untuk menghindari potensi penyakit.
"Bukan kita ingin menakut-nakuti masyarakat, tapi mencegah lebih baik dari pada mengobati. Terlebih varian clade 1B yang berkembang di Afrika lebih berbahaya dari clade II," tutup Politisi Fraksi PKS itu. (gal/aha)