Komisi VII Dukung Pengembangan Teknologi Roket Nasional
Komisi VII DPR RI mendukung pengembangan Teknologi Roket Nasional, akan menambah anggaran (LAPAN) karena mempunyai nilai politis dan strategis, serta mengharapkan Kementerian Pertahanan dalam meningkatkan kemampuan Alutsista seluruhnya menggunakan produksi dalam negeri.
“Kami (Komisi VII) mengharapkan kemajuan teknologi roket di indonesia bisa lebih baik dari sekarang,” kata Wakil Ketua Komsi VII Achmad Farial, saat mengunjungi Balai Produksi dan Pengujian Roket LAPAN, Pemeungpeuk-Garut, Kamis (14/2).
Achmad Farial yang juga Ketua Panja RUU Keantariksaan, menilai produksi roket Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain. “Untuk lebih suksesnya Lapan di Republik Indonesia. kami dari Komisi VII akan berusaha menambah anggaran LAPAN, agar produksi dan eksperimen roket nasional dapat lebih besar,” tegasnya.
Teknologi roket bisa berfungsi ganda, dan mempunyai nilai politis dan strategis bagi Indonesia. Dia Mengaharapkan Kementerian Pertahanan RI dalam memenuhi seluruh keperluan Roket memesan dari Dalam Negeri. “Apa mungkin TNI ragu menggunakan roket sendiri ?,” Tanya politisi Partai Persatuan Pembangunan ini.
Selain itu, menurut Achmad Farial, roket yang dapat mencapai orbit antariksa Bisa di dorong pengembangan dan produksinya, sehingga dapat juga menghasilkan uang dengan juga mengantarkan satelit negara lain ke orbit. “Selain meluncurkan satelit sendiri, ada juga komersalnya,” lanjutnya.
Anggota Komisi VII Rifi Munawar (F-PKS) yang juga turut dalam rombongan ini, mengatakan dengan Indonesia bisa memproduksi Roket mutahir yang dapat mencapai orbit atau mencapai seluruh dunia, dapat berdampak politis yang positif bagi NKRI. “Jika Indonesia tidak memproduksi ini, kita dianggap lemah dan tidak dipandang sebelah mata oleh negara lain,” katanya.
Oleh sebab itu, Rifimenginginkan Teknologi Roket Nasional terus dikembangkan, sekingga perlu rencana yang baik oleh konsersium Roket Nasional terutama LAPAN. DPR akan mendukung terutama Komisi I yang membidangi pertahaan pasti mendukung, Khususnya pasti akan dapat digunakan personil TNI. “kita (DPR) pasti keberatan kalau sebenarnya kita mampu memproduksi tetapi masih mengimpor, Kalau perlu kita mengekspor,” tegasnya.
Peluncur Satelit
Kepala Balai Produksi dan Pengujian Roket LAPAN Sudihartono menjelaskan bahwa Kegiatan Lapan yang terkait dengan teknologi dirgantara, utamanya meliputi 3 hal, yakni pengembangan teknologi setelit, roket, dan pesawat terbang.
Terkait dengan pengembangan teknologi roket, LAPAN dapat membuat satelit. Indonesia telah mempunyai satu satelit A-1 yang berumur 6 tahun, sudah orbit dan masih dapat beroperasi dengan baik. Dibuat oleh putra-putri Indonesia yang diluncurkan dari India pada tahun 2007.
Pada tahun ini, Lapan akan menyelesaikan satelit kedua yang diproduksi A-2 di Atang sanjaya Bogor. Yang rencananya akan diluncurkan India bersamaan dengan satelit India. Dan juga sedang disiapan penyelesaikan satelit A-3, sehingga Indonesia akan mempunyai 3 satelit hasil anak bangsa yang akan mengorbit di antariksa.
Satelit Indonesia utamanya sebagai pengindraan, pengintaian,pemantauan, dan pemetaan. Kemudian yang kedua akan dilengkapi dengan pemantauan kapal, serta voice repiter. “Untuk mengoperasikan agar dapat mencangkup seluruh indonesia, Lapan membangun jaringan stasiun bumi, di lima tempat kawasan Indonesia,” paparnya.
Selain itu, Indonesia juga memproduksi roket dengan fungsi keamanan dan pertahanan. Melalui Konsersium roket nasional yang dikoordinir Kementerian Ristek, antaranya Lapan, Pindad, DI, Dahana.
Dia mengatakan sesungguhnya Indonesia sudah mampu untuk memproduksi roket yang bisa sampai menuju orbit, namun fasilitas untuk integrasinya yang belum memadai. “Untuk bisa memproduksi, roket yang dapat mengangkut satelit keorbit, memakan biaya 2 Triliun,” ungkapnya.
Disamping pengembangan teknologi roket, LAPAN juga mengembangkan teknologi penerbangan, yaitu 3 program utama yang terkait pesawat tak berawak. (as)