Perlu ada Sosialisasi dan Edukasi Bahaya Miras Oplosan Dampak Fenomena ‘Es Moni’
Anggota Komisi XI DPR RI Arzeti Bilbina. Foto : Dok/Andri
PARLEMENTARIA, Jakarta - Mencatut nama sebuah jenama minuman rasa buah kemasan, ‘Es Moni’, ternyata malah meresahkan masyarakat di Kabupaten Demak, Jawa tengah. Hal itu lantaran ‘Es Moni’ tersebut justru merupakan minuman keras oplosan. Dibanderol dengan harga yang cukup murah dan dibumbui oleh minuman berperisa, membuat miras oplosan ini digandrungi oleh banyak orang, bahkan tak menutup kemungkinan untuk juga dicicipi pelajar.
Berangkat dari keresahan berbagai lapisan masyarakat atas beredarnya minuman oplosan ini, Anggota Komisi XI DPR RI Arzeti Bilbina meminta Pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah (Pemda) untuk menggencarkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya Es Moni bagi kesehatan. Arzeti mengatakan sosialisasi dapat menggunakan berbagai sarana, termasuk platform media sosial yang banyak digunakan generasi muda.
"Kandungan alkohol dalam arak sudah pasti sangat berbahaya bagi kesehatan. Apalagi dicampur dengan bahan-bahan lain yang kita belum ketahui keamanannya. Belum lagi minuman beralkohol juga punya dampak-dampak sosial dan keamanan,” tutur Arzeti Bilbina dalam keterangan tertulis yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Jumat (20/9/2024).
Arzeti menambahkan, Pemerintah harus rinci dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya mengonsumsi minuman alkohol oplosan. Selain mengganggu pencernaan, minuman keras dapat merusak organ tubuh. “Informasi-informasi seperti inilah yang harus disosialisasikan kepada masyarakat agar paham dampak dari mengkonsumsi minuman keras oplosan,” sebut Politisi Fraksi PKB ini.
Arzeti juga menyoroti mudahnya akses Es Moni untuk didapatkan masyarakat dan khawatir pada dampak sosialnya, terutama bagi anak muda. “Karena anak remaja cenderung penasaran dan sedang dalam masa mencari jati diri sehingga gampang terpengaruh tren. Maka penting sekali akses peredaran minuman alkohol oplosan ini dihentikan. Apalagi rasanya dianggap enak dan variatif, saya khawatir sekali anak-anak kecil yang tidak tahu kandungan Es Moni ini ikut-ikutan membelinya. Pengawasan orangtua di sini menjadi kunci,” ujarnya.
Selain peran orangtua, Arzeti menilai Pemerintah dapat menggandeng tokoh-tokoh masyarakat atau tokoh agama untuk memperkuat sosialisasi tentang bahaya dari Es Moni.
“Biasanya imbauan dari tokoh-tokoh lebih banyak didengarkan oleh masyarakat, apalagi tokoh-tokoh yang mereka sukai. Pemerintah bisa melibatkan tokoh-tokoh masyarakat ternama untuk memberantas tren Es Moni,” ucapnya.
"Termasuk penting juga dilakukan penyuluhan kepada penjual minuman ini untuk beralih berdagang produk makanan/minuman yang aman bagi masyarakat sebagai konsumen”
Arzeti juga mendorong dibuatnya program-program penyuluhan untuk masyarakat mengenai bahaya minuman keras oplosan serta dampak negatifnya terhadap kesehatan. Penyuluhan ini dapat dilakukan melalui kerja sama dengan lembaga kesehatan dan organisasi masyarakat. “Dan siapkan juga program rehabilitasi bagi masyarakat yang sudah kecanduan. Pastikan korban tidak lagi mengkonsumsi minuman alkohol oplosan itu,” terang Arzeti.
Lebih lanjut, Arzeti mengatakan pengawasan dan edukasi tidak mungkin berhasil jika dijalankan oleh Pemda sendiri. “Peran aktif masyarakat dalam memerangi peredaran minuman keras oplosan juga sangat dibutuhkan. Misalnya dengan melaporkan aktivitas mencurigakan kepada pihak berwenang,” tambahnya.
Di sisi lain, Arzeti mendorong Pemda membuat alternatif hiburan yang sehat bagi warganya. Hal ini guna mengurangi aktivitas masyarakat yang kurang sehat, seperti mengonsumsi minuman alkohol oplosan.
"Termasuk penting juga dilakukan penyuluhan kepada penjual minuman ini untuk beralih berdagang produk makanan/minuman yang aman bagi masyarakat sebagai konsumen,” tutup Arzeti.
Miras oplosan yang kemudian dikenal dengan nama ‘Es Moni’ ini diketahui dibuat dari bahan dasar arak tradisional dan dicampur dengan susu serta minuman berenergi sachet pabrikan. Menurut Satpol PP, minuman ini cukup digandrungi anak muda karena rasanya dianggap enak dan menyegarkan apalagi harganya sangat murah yakni di kisaran Rp 8-10 ribu per gelas.
Bila sebelumnya Es Moni dijual di tempat hiburan malam dan warung, kini minuman keras oplosan tersebut juga banyak ditemukan di angkringan-angkringan. Arzeti pun mendukung penertiban yang dilakukan pihak Satpol PP. (uc/rdn)