Banjir Produksi Semen Impor ke Indonesia Ciptakan Persaingan Tidak Sehat di Dalam Negeri
Ketua Komisi VI DPR RI Anggia Erma Rini dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Dony Arsal di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (4/12/2024). Foto : Geral/Andri
PARLEMENTARIA, Jakarta - Kelebihan kapasitas produksi semen nasional menjadi perhatian utama Komisi VI DPR RI. Hal itu diungkapkan Ketua Komisi VI DPR RI Anggia Erma Rini dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Dony Arsal di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (4/12/2024). Ia menyampaikan catatan soal dampak negatif kelebihan kapasitas terhadap persaingan pasar domestik, yang kini semakin intensif akibat masuknya produk impor.
"Kapasitas produksi nasional yang jauh melampaui kebutuhan domestik menciptakan persaingan tidak sehat. Harga ditekan habis-habisan, margin keuntungan menyusut. Ini tidak hanya memengaruhi PT Semen Indonesia, tapi juga seluruh ekosistem industri semen nasional," kata Anggia saat membuka agenda.
Sebab itu, ia meminta PT Semen Indonesia mengajukan solusi konkret untuk mengatasi masalah ini berupa efisiensi operasional. Hal itu guna menekan biaya produksi yang terus meningkat akibat lonjakan harga energi dan bahan baku. "Strategi efisiensi harus menjadi prioritas, bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk menjaga daya saing," tuturnya.
Politisi Fraksi PKB itu juga khawatir potensi ketergantungan perusahaan terhadap proyek-proyek besar pemerintah, seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Setelah proyek-proyek ini selesai, sebutnya, pasar domestik akan menghadapi stagnasi permintaan.
"Ini adalah risiko besar. Ketergantungan terhadap proyek pemerintah membuat perusahaan rentan ketika investasi infrastruktur menurun. PT Semen Indonesia harus memiliki roadmap diversifikasi pasar yang jelas dan agresif," tegas Anggia.
Selain efisiensi, dirinya mendorong PT Semen Indonesia untuk memperluas penetrasi pasar ekspor sebagai salah satu langkah mitigasi kelebihan kapasitas. Namun, ia mengingatkan agar ekspansi ini dilakukan dengan tetap mempertimbangkan isu lingkungan.
"Sebagai BUMN, PT Semen Indonesia harus menjadi pelopor dalam praktik industri yang berkelanjutan. Reklamasi tambang, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah harus menjadi standar operasional," katanya.
Ia pun meminta jajaran PT Semen Indonesia menyampaikan rencana konkret terkait inovasi, kolaborasi, dan strategi penguatan pasar. Dengan tantangan berat yang dihadapi, dirinya ingin PT Semen Indonesia mampu memimpin transformasi industri semen nasional menuju masa depan yang lebih kompetitif dan berkelanjutan. "Kami butuh jawaban yang komprehensif, tidak hanya untuk triwulan ini, tapi juga untuk memastikan perusahaan siap menghadapi tantangan jangka panjang," pungkasnya. (ums/rdn)