Sekarang, Momentum Polisi Berantas Preman dan Bekingnya
Anggota Komisi III DPR RI Martin Hutabarat mengatakan dapat memahami ketika sejumlah warga masyarakat melakukan unjuk rasa menyampaikan empati kepada prajurit Kopassus yang telah membunuh 4 orang preman di Lapas Cebongan, Sleman. Baginya itu menunjukkan rakyat sudah tidak tahan dengan perilaku preman dan para bekingnya.
"Rakyat itu dalam posisi tidak berdaya dan marah pada preman yang leluasa beraksi dibeking-i aparat. Ketika mereka melihat Kopassus bergerak, rakyat merasa terbantu, itu persoalannya. Jadi sekarang seharusnya polisi menjadikan peristiwa ini momentum untuk memberantas preman dan bekingnya," katanya kepada Parlementaria, di Gedung Nusantara II DPR RI, Selasa (9/4).
Ia menambahkan maraknya aksi premanisme, membuat masyarakat merindukan tindakan tindakan tegas, seperti kebijakan petrus dimasa lalu. Baginya langkah kepolisian dalam melakukan penegakan hukum terhadap preman cendrung "hangat-hangat tahi ayam", tidak konsisten.
Lebih jauh politisi Fraksi Partai Gerindra ini meminta segenap pihak proporsional dalam menyikapi peristiwa Lapas Cebongan. Oknum Kopassus yang sudah mengaku salah jelas harus diberi hukuman setimpal, tetapi preman yang melakukan pengeroyokan jangan terlupakan.
"Saya melihat sendiri rekaman CCTV pengeroyokannya, prajurit sudah teriak saya anggota Kopassus tetapi preman yang berjumlah sekitar 10 orang masih saja memukuli, menusuk sampai tewas," tandasnya. Ia meminta kepolisian mendalami informasi yang diperolehnya para preman tersebut adalah bagian dari jaringan besar narkoba. (iky)/foto:iwan armanias/parle.