Komisi I Menerima Kunjungan Wakil Menlu AS
Petemuan dengan Wakil Menlu AS dimanfaatkan para anggota Komisi I untuk menanyakan soal pelanggaran udara yang dilakukan pesawat AS, yang memasuki wilayah RI di Aceh, pada Senin (20/5) kemarin.
Komisi I DPR RI yang dipimpin Hayono Isman dari FPD, menerima kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri untuk urusan politik AS Wendy Sherman, yang didampingi Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Scot Marcel pada Selasa (21/5), di gedung DPR RI. Mendampingi Hayono, hadir juga Muhammad Najib dari F-PAN, Mutiah Hafidz dari FPG, dan Susaningtyas Nefo Handayani dari Fraksi Hanura.
Pertemuan Komisi I DPR RI dengan Wakil Menlu AS, dimanfaatkan para anggota Komisi I untuk menanyakan soal pelanggaran udara yang dilakukan pesawat AS, yang memasuki wilayah RI di Aceh.
"Sudah diklarifikasi oleh mereka, bahwa ada salah pengertian dari pilot yang berpikir sudah memiliki ijin diplomat untuk bisa isi bahan bakar di Aceh, dan ternyata belum. Sudah diurus tadi malam, sehingga sudah keluar ijinnya. Jadi, masalahnya sudah dianggap selesai," ujar Hayono kepada JurnalParlemen.
Dalam pertemuan ini, kata Hayono, Komisi I juga menyinggung soal keberadaan pasukan marinir AS yang ditempatkan di Australia. Berdasarkan keterangan yang disampaikan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Scot Marcel, jumlah pasukan AS di Australia telah berkurang menjadi 200 dari semula 600 personil.
Selain itu, membicarakan beberapa isu menarik terkait sejumlah persoalan di negara-negara tertentu yang mengemuka saat ini. Misalnya soal konflik batas wilayah dengan China, nuklir Iran, dan konflik berdarah berkepanjangan di Suriah.
"Komisi I diminta masukan terhadap berbagai isu, apakah itu isu di Asia, terutama menyangkut isu China, konflik Suriah, menyangkut isu nuklir Iran.
Kata Hayono, kunjungan dari Wamenlu AS ini merupakan hal yang positif. "Karena kita ketahui, AS adalah kekuatan militer terbesar di kawasan Pasifik. Itu satu fakta," tuturnya.
Karena itu, lanjut Hayono, Indonesia harus bisa memanfaatkan AS untuk mengimbangi kekuatan militer China. Sebagai negara yang ekonominya meningkat secara pesat, kata Hayono, China juga memiliki kekuatan militer yang sedemikian besar. "Ini membuat kita merasa tidak nyaman kalau dibiarkan tidak ada penyeimbang. Nah, di sinilah kehadiran AS dibutuhkan sebagai penyeimbang," tukasnya.
Di sisi lain, pertemuan ini juga menegaskan bahwa hubungan RI-AS adalah hubungan dua negara yang bersahabat dan seimbang. "Kita tidak ingin melihat hubungan yang lebih daripada itu, seperti hubungan AS dengan Jepang, AS dengan Israel, yang membuat aliansi," tegasnya. (as)/foto:iwan armanias/parle.