Solusi Impor Selalu Merugikan

28-01-2014 / KOMISI VI

Di tengah sulitnya distribusi pangan karena bencana alam, pemerintah selalu membuka kran impor untuk mengatasi kelangkaan dan kenaikan harga pangan. Kebijakan itu selalu merugikan negara. Dan pemerintah tak punya solusi permanen untuk mengatasi semua itu.

Demikian ditegaskan Anggota Komisi VI DPR Hendrawan Supratikno (F-PDI Perjuangan) sebelum mengikuti Rapat Paripurna DPR RI, Selasa (28/1). Menyusul banjir di kawasan Pantura  yang menyebabkan distribusi pangan ikut tersendat, saat ini harga-harga komoditi pangan mulai merangkak naik. Beras, cabai, sayur mayur, dan buah-buahan melejit.

“Transporatsi dari Surabaya ke Jakarta yang biasanya 1 hari, sekarang jadi 4-5 hari. Jadi, berat sekali. Tentu dampaknya kesulitan suplay. Suplay terbatas, karena produksi petani juga rusak,” ungkap Hendrawan. Karena produk lokal tak sampai ke tangan konsumen, akhirnya produk impor yang menggantikannya. Solusi yang bersifat sementara ini selalu diambil pemerintah, tanpa pernah berpikir solusi jangka panjang.

“Solusi sementara selalu membuka kran impor. Ini solusi sementara yang sebenarnya merugikan, karena dengan dibuka kran impor, itu artinya ruang pasar yang semula diisi produk-produk dalam negeri sekarang diisi produk-produk impor. Beras dari Vietnam tiba-tiba muncul. Itu, kan, aneh,” tutur Hendrawan.

Hingga saat ini, belum nampak solusi jangka panjang yang dikeluarkan pemerintah menyangkut kesulitan distribusi atau kelangkaan pangan di Tanah Air. Akar masalah tak pernah tersentuh. “Solusi harus permanen yang mengatasi akar masalahnya. Kalau infrastrukturnya yang jadi masalah, ya harus segera dibenahi secara permanen. Jalan Pantura itu harus menjadi jalan yang luar biasa kuatnya. Jangan dijadikan proyek abadi. Aspalnya tipis, sehingga tiap tahun ada anggaran APBN masuk.”

Menurut Hendrawan, mentalitas proyek masih mewarnai pengambil kebijakan. Tujuannya, agar selalu dapat keuntungan dari anggaran infrastruktur. Akibatnya, tidak saja infrastruktur yang rusak, distribusi pangan pun ikut kacau. “Harus dikikis habis mentalitas koruptif. Ini bukan hanya bencana alam, tapi juga bencana financial, dan yang lebih berat lagi bencana moral,” keluh Hendrawan. (mh)/foto:iwan armanias/parle.

BERITA TERKAIT
Asep Wahyuwijaya Sepakat Perampingan BUMN Demi Bangun Iklim Bisnis Produktif
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana akan melakukan rasionalisasi BUMN pada tahun 2025. Salah...
147 Aset Senilai Rp3,32 T Raib, Komisi VI Segera Panggil Pimpinan ID FOOD
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan raibnya 147 aset BUMN ID Food senilai Rp3,32 triliun. Menanggapi laporan tersebut,...
Herman Khaeron: Kebijakan Kenaikan PPN Difokuskan untuk Barang Mewah dan Pro-Rakyat
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen akan mulai berlaku per 1 Januari 2025. Keputusan ini...
Herman Khaeron: Kebijakan PPN 12 Persen Harus Sejalan dengan Perlindungan Masyarakat Rentan
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyoroti pentingnya keberimbangan dalam implementasi kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai...