Ada Kesenjangan dari Kenaikan Harga Pangan
Sudah jadi penyakit kambuhan ketika harga pangan meningkat setiap tahun jelang Ramadan dan lebaran. Bagaimana masalah yang setiap tahun dihadapi, tapi tetap saja terjadi tanpa kontrol. Ini membuat semua orang bertanya-tanya.
“Kita juga heran. Orang yang cerdas akan heran kenapa orang yang sama dengan pekerjaan rumah yang sama tidak dapat memecahkan masalah ini. Ini berarti ada unsur kesengajaan dari kenaikan pangan,” Kata Anggota Komisi VI DPR Hendrawan Supratikno (F-PDI Perjuangan), Selasa (3/6).
Faktor-faktor alamiah dari kenaikan ini seperti permintaan yang meningkat, distribusi yang tidak lancar, dan produksi yang belum meningkat, sudah setiap kali dipaparkan pemerintah. Sebaliknya pemerintah harus mampu meyakinkan masyarakat bahwa pangan tidak akan melejit terus harganya, karena pasokan cukup.
“Pemerintah tidak perlu melakukan panic baying. Tidak perlu melakukan pembelian secara berlebih. Bila itu dilakukan, berarti lebaran sudah dijadikan ajang spekulasi, dijadikan ajang pemburu rente untuk mendapatkan keuntungan berlebih,” tandas Hendrawan. Komisi terkait di DPR sudah berulang kali menegaskan kepada pemerintah untuk meyakinkan masyarakat bahwa persediaan pangan selama Ramadan dan jelang lebaran sangat cukup.
Dengan begitu, kata Hendrawan, tak ada spekulan yang coba-coba memanfaatkan momentum Ramadan dan lebaran untuk memainkan harga. “Tapi repotnya kalau terjadi kerja sama atau kolusi antara oknum pemerintah dengan spekulan. Itu jadi berat,” keluhnya. Masih menurut Hendrawan, jelang lebaran inflasi yang terjadi antara 0,8-0,2%. Dan komoditas yang cenderung naik adalah telur, daging ayam, bawang putih, dan minyak goreng. (mh), foto : naefurodjie/parle/hr.