MAX SOPACUA DESAK TVRI UNTUK DIAUDIT
Anggota Komisi I dari F-PD Max Sopacua mendesak TVRI untuk diaudit. Hal itu diungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I dengan Direktur Utama TVRI Hariono dan Dewan Pengawas TVRI Hazairin Sitepu yang dipimpin Wakil Ketua Komisi I Hayono Isaman, Kamis (12/11). ”TVRI harus diaudit. Audit keuangan dan audit peralatan,” katanya.
Max Sopacua yang telah berkecimpung di TVRI selama lebih dari dua puluh tahun merasa kecewa dengan keadaan TVRI saat ini. Untuk melakukan pembenahan ditubuh stasiun televisi tersebut, ia mengusulkan supaya dilakukan restrukturisasi. ”Ada restrukturisasi di TVRI,” ujarnya.
Lebih jauh, Max dalam pertemuan itu menyoroti pembangunan gedung dan pemancar di Joglo yang sampai saat ini belum juga selesai. Dengan telah menghabiskan dana yang tergolong tidak sedikit, namun hingga sekarang dapat digunakan.
”Pembangunan menara TVRI di Joglo tapi sampai sekarang belum bisa digunakan,” katanya.
Ia berharap pembangunan menara di Joglo dapat diselesaikan secepat mungkin. Menurutnya, perkembangan teknologi saat ini berjalan dengan cepat, sehingga dikuatirkan bila saatnya nanti digunakan, teknologi yang dimiliki TVRI telah tertinggal.
”Jangan sampai nanti bila digunakan tapi sudah ketinggalan teknologi,” kata Max.
Sementara itu Muhammad Najib (F-PAN) dalam pertemuan itu berharap TVRI dapat meningkatkan mutu siaran sehingga mampu bersaing dengan stasiun televisi lainnya.
”Bahkan mengungguli stasiun televisi lainnya,” katanya.
Menurut Najib, untuk mampu meningkatkan kualitas siaran TVRI diperlukan kemauan dan keyakinan dari seluruh pihak yang ada di stasiun televisi tersebut. Selain itu, ia juga meminta supaya dilakukan evaluasi secara komprehensif dan mendasar.
”Orang-orang yang ada didalamnya harus punya keyakinan dan memberi yang terbaik untuk TVRI,” ujarnya.
Dalam pertemuan itu, Ketua Dewan pengawas TVRI Hazairin Sitepu menjelaskan bahwa bahwa penghargaan bagi karyawan TVRI masih kurang. ”Perlu ada perlakuan khusus bagi TVRI karena ini adalah lembaga profesional,” katanya.
Ia menjelaskan adanya sejumlah karyawan yang keluar dari TVRI kemudian bekerja di stasiun televisi swasta karena ditempat baru itu, kinerja mereka lebih dihargai. ”Swasta lebih menghargai profesionalitas,” jelasnya.
Mengenai usulan supaya TVRI diaudit, Hazairin menyatakan persetujuannya. Bahkan dihadapan Komisi I, ia menjelaskan bahwa jajarannya telah melakukan audit pada salah satu direktorat. ”Saya setuju TVRI diaudit,” tegasnya.
Direktur Utama TVRI Hariono menjelaskan bahwa tuntutan terhadap TVRI sangat besar. Pemerintah dan masyarakat dinilainya terlalu besar menuntut pada stasiun televisi itu.
”Sangat tidak realistis,” katanya.
Lebih jauh, Direktur Teknik Satya Sudhana dalam pertemuan itu menjelaskan bahwa proyek pembangunan gedung dan pemancar di Joglo merupakan proyek pemancar untuk wilayah Jabodetabek yang dimulai sejak tahun 2007. menurut rencana tinggi pemancar yang akan dibangun setinggi 285 meter.
”Sampai sekarang sudah berdiri segmen menara terbawah setinggi 30 meter,” jelasnya.
Lebih jauh menurutnya pembangunan menara tersebut masih tertahan hingga saat ini meskipun peralatan yang dibutuhkan telah tersedia dan berada di kantor pusat sejak tahun 2008. (bs)