Pertumbuhan Ekonomi NTT Perlu Terobosan
endif
Kawasan Indonesia Timur termasuk Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagian besar merupakan daerah miskin. Kalau pertumbuhan ekonominya hanya 4% setiap tahunnya atau hampir sama dengan pertumbuhan rata-rata ekonomi nasional, berarti tidak bisa mengejar ketertinggalan.
“Saat ini NTT tengah didorong pertumbuhan ekonominya untuk mengejar ketertinggalannya dibandingkan kawasan lain di Indonesia,” ungkap anggota Komisi XI DPR Andreas Eddy Susetya di sela-sela kunker ke NTT baru-baru ini.
Untuk bisa mengejar ketertinggalan, sambungnya, maka pertumbuhan ekonominya harus dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional. Karena itulah harus dilakukan terobosan-terobosan, misalnya bagaimana pertumbuhan ekonomi itu bisa dua kali lipat rata-rata ekonomi nasional.
“NTT harus dapat mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) antara Darwin-NTT-Dili dan mengembangkan klaster regional yang disebut dengan Sunda Kecil (NTT-NTB-Bali),” kata Andreas seraya menambahkan, apa yang dihasilkan dan menjadi kekuatan NTT dan Bali itu saling mengisi dan saling sinergi.
Politisi PDI Perjuangan ini menekankan, harus ada sinergi antara pemerintah daerah dengan pihak perbankan dalam lembaga keuangan. Karena daerah miskin, ternyata penyerapan dana yang digunakan untuk menumbuhkan pertumbuhan ekonomi 30%-nya dari dana yang dihimpun. Ibaratnya NTT yang sudah miskin ini malah menyumbang ke daerah lain.
Memang karakteristik NTT ini seperti juga provinsi kepulauan, dimana luas wilayah daratan 4.734.990 Ha dan luas wilayah lautan 15.141.773,10 Ha yang tersebar pada 1.192 pulau. 44 pulau yang dihuni, 1.148 pulau belum dihuni, 246 pulau sudah bernama dan 946 lainnya belum bernama. “Jadi luas lautannya lebih besar dari luar daratan,” kata Andreas.
Dari segi keadilan, maka perlu formula baru dalam menentukan dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Untuk itulah, kata Andreas, memang harus segera dilakukan revisi terhadap Undang-undang tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Ia kembali menekankan, pertumbuhan ekonomi NTT bisa dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional, bahkan harus jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional. “Dengan demikian, NTT bisa mengejar ketertinggalan dibandingkan kawasan lain di Indonesia,” pungkasnya.(iw)/foto:iwan armanias/parle/iw.