Ketua BKSAP Hidayat Nurwahid mengatakan, Pertemuan Sidang Parlemen Asia ke-4 menekankan, adanya implementasi draft resolusi setiap sidang di negaera parlemen Asia. “Asian Parlementary Assembly (APA) ini masih muda sejak 2006 lalu artinya baru 4 tahun, didunia ada PBB dan di eropa adanya uni eropa, kita memiliki APA,”kata Hidayat saat diminta tanggapannya oleh Parlementaria, di Bandung, (7/12).

 Menurut Hidayat, delegasi Indonesia akan mendorong terciptanya parlemen Asia yang kuat dan dapat bermanfaat bagi masyarakat. “Pertemuan ini sebagai bentuk kepercayaan Parlemen seluruh Asia terhadap Indonesia sebagai Negara demokratis,”katanya. 

 Pertemuan ini, kata Hidayat, merupakan moment penting bagi seluruh Parlemen Asia dan merupakan konvensi berkelanjutan dimana nanti Parlemen kita akan berpartisipasi didalam Summit Kopenhagen. 

 Dia menambahkan, delegasi Indonesia menawarkan adanya resolusi Bandung yang menekankan Parlemen yang mampu mendorong terciptanya pembangunan berkelanjutan dan berpartisipasi terhadap climate change. 

 Terkait dengan draft combating terorisme, Hidayat menjelaskan, Indonesia sebagai Negara korban terorisme harus mendukung hal tersebut, tidak seperti AS yang mengabaikan factor HAM. “Indonesia negara berpenduduk muslim terbesar harus mengedepankan kehidupan yang moderat, dan mendorong terciptanya parlemen yang berkualitas,”tandasnya. 

Kendala dalam mengimplementasikan draft, Menurut Hidayat, kita harus memahami bahwa parlemen merupakan lembaga legislative bukan eksekutif, dan adanya hambatan di tingkat parlemen. “Karena itu kita akan mendorong peran parlemen lebih lanjut,”jelasnya. (si/tt/nt)