Ida Ria (F-PD) - PERTAMINA BELUM OPTIMAL EKSPLORASI POTENSI ENERGI NASIONAL
Pertamina harus memberikan kepastian kemampuan kepada DPR RI dan Pemerintah dalam mengeksplorasi potensi energi nasional. Kinerja Pertamina nilai belum oprimal karena masih ada sumber energi nasional yang dilola perusahaan asing.
Demikian disampaikan Ida Ria Anggota Komisi VI dari Faksi Partai Demokrat, disela Rapat Dengar Pendapat Dirut PT. Pertamina, Senin (8/2) di Gedung DPR, Jakarta.
Ida mengatakan Pertamina merupakan perusahaan BUMN yang maju, namun dinilai kinerjanya belum optimal. “Masih banyak di wilayah Indonesia yang memiliki sumber energi yang tinggi, tapi masih di kelola oleh perusahaan asing,” katanya. Diharapkan pertamina memberikan kemampuannya sehingga pemerintah memberikan dukungan kepada Pertamina untuk mengelola sumber energi nasional dengan baik dan dengan harga yang murah. dan tidak kalah dengan perusahaan asing.
Ida Ria beraspresiasi kepada pertamina untuk memperoleh laba sesuai dengan targetnya sebesar 25 Triliun, tetapi pertamina harus menghadapi biaya operasional yang tinggi. Dia mengharapkan Pertamina harus mengkaji kembali kinerjanya sehingga mencapai tingkat keuntungan yang optimal.
Selain itu, Pertamina harus memberikan kepastian kepada Pemerintah bahwa mereka (pertamina) adalah perusahaan BUMN yang sahamnya 100% milik pertamina mampu melakukan kinerja dengan baik dan mampu diberikan kepercayaan sebagai perusahaan yang dapat mengelola wilayah sumber energi yang selama ini dikelola perusahaan asing. “Pertamina harus memastikan kepada Pemerintah bahwa Pertamina mampu mengeksplorasi minyak di wilayah sumber energi,” tegasnya.
Selanjutnya Ida Ria mendukung pertamina untuk menjadi operator di blok cepu, jika pertamina dapat meyakinkan DPR dan Pemerintah dapat memproduksi gas lebih murah dan lebih cepat.
Dalam menghadapi Asean-China Free Trade Area (AC-FTA), dia mengutarakan produk cina termasuk pelumas telah membanjiri pasar domestik, sementara Pertamina juga akan mengekpor produk pelumas ke cina. Harga pelumas cina yang diimpor Indonesia jauh lebih murah dibanding harga pelumas yang diekspor ke cina. Pertamina harus mengkaji harga, yang berpotensi merugikan pertamina. (as)foto:doeh/parle/DS