Legislator Pertanyakan Berlarutnya Dwelling Time
Anggota Komisi V DPR RI Soehartono mempertanyakan penyebab berlarutnya masalah dwelling time (waktu tunggu) di beberapa pelabuhan besar Indonesia. Hal itu disampaikan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dirjen Perhubungan Laut dan 83 Kepala Otoritas Pelabuhan di seluruh Indonesia di Gedung DPR, Senayan, Jakarta pada Senin, (19/09/2016).
“Itu akibat kurangnya pelabuhan atau sistemnya yang jeblok? Saya minta indikasi perbandingan berapa selisih waktu antara Singapura dan Tanjung Priuk,” tegas politisi dari Fraksi Nasional Demokrat (Nasdem) itu.
Pasalnya, proses bongkar-muat di beberapa pelabuhan seperti Belawan masih membutuhkan waktu yang cukup panjang, hingga lebih dari 5 hari dari yang semestinya 2 hari. Bahkan di Makassar, yang merupakan gerbang Indonesia Timur,dwelling time sampai 7 hari. Sementara Tanjung Priuk masih mencapai 3 hari.
Sebelumnya, Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menyebutkan biaya logistik di Pelabuhan Indonesia yang termahal di dunia. Biaya logistik pelabuhan Indonesia mencapai 27 persen. Sementara di negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia maupun India berada di angka 15 persen.
Menurut politisi dari dapil Jatim VIII itu, seharusnya tiga pelabuhan penting di Jawa dikerahkan secara bersama-sama untuk mengurangi waktu bongkar muat kapal. “Kontainer itu kan berpusat di Jawa terutama di Jakarta, seharusnya sudah ada pemikiran untuk mengerahkan Tanjung emas, Tanjung Perak dan Tanjung Priok secara bersama-sama, otomatis dwelling time akan berkurang. Seberapa baik manajemennya, tapi kalau tangkernya melimpah ruah kan sulit juga,” imbuhnya. (ann,mp), foto : andri/hr.