KOMISI VII DPR MELAKUKAN KUNJUNGAN KE UPT PSTKP DENPASAR, BALI
Komisi VII DPR yang melakukan kunjungan kerja ke Propinsi Bali, menangggapi dengan baik tentang manfaat lumpur lapindo yang dapat dipergunakan untuk bahan-bahan bangunan maupun untuk bahan pembuatan keramik. Demikian yang disampaikan oleh anggota Komisi VII DPR Rahmat Hidayat, pernyataan ini disampaikan pada saat pertemuan dengan Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM), Unggul Priyanto di Gedung UPT PSTKP BPPT Denpasar Bali, Kunjungan Kerja Komisi VII DPR di Pimpin oleh Drs. Effendi M.S Simbolon, Senin (2/8) sore.
Anggota Tim Kunker Komisi VII DPR Rahmat Hidayat mengungkapkan, ketertarikan terhadap pengembangan lumpur lapindo yang dilakukan UPT PSTKP tersebut, ”kalau memang sudah jelas manfatnya untuk apa saja, dari pada terbuang percuma sebaiknya segera dipublikasikan dan disosialisasikan kepada masyarakat mengenai pemanfaatan lumpur tersebut” ungkapnya.
Sementara itu anggota Komisi VII DPR yang senada dengan Rahmat, Halim Kalla juga mengatakan bahwa, dengan teknologi yang telah dikembangkan UPT PSTKP, tentunya dapat mencegah terbuangnya lumpur lapindo secara percuma. ”Kalau bisa lumpur lapindo yang sudah dijadikan batu bata dibangunkan sebuah rumah, misalnya untuk membangun rumah bagi korban lumpur Sidoarjo itu. Tentu saja kami dari Komisi VII DPR siap untuk mendukung terealisasinya hal tersebut”. Kata Halim Kalla.
Berkaitan dengan peningkatan nilai tambah dalam seni keramik, anggota tim kunker Komisi VII DPR Samsul Bachri dan Alimin Abdullah juga menekankan perlunya pengembangan keahlian dari para perajin keramik Indonesia, disinilah UPT PSTKP berperan melalui pembinaan perajin keramik di berbagai daerah tidak hanya di Bali. UPT PSTKP harus berperan sebagai center of exellentbagi industri-industri keramik di Indonesia. ”Tolong sampaikan rekomendasi kepada kami, Komisi VII DPR, apa yang bisa kami dukung agar Kerajinan Keramik Indonesia dapat lebih berkembang dan dapat bersaing dengan keramik dari negara lain”, ungkapnya.
Sementara itu Deputi Kepala BPPT Bidang teknologi Informasi, Energi dan Material Unggul Priyanto mengatakan bahwa Unit Pelaksanaa Teknis Pengembangan Seni dan teknologi keramik dan perselen UPT PSTKP merupakan suatu unit kerja yang sangat unik karena mampu memadukan antara unsur teknologi dan seni. Perpaduan yang unik ini membawa manfaat besar bagi industri keramik, baik yang ada di Bali maupun industri keramik nasional.
Lain halnya, Kepala UPT PSTKP Bali, IGA Suradharmika menyebutkan bahwa sejak berdiri tahun 1982, UPT PSTKP Bali telah melakukan berbagai penelitian di bidang massa raga dan glasir untuk pengembangan keramik. ”Penelitian difokuskan pada pencarian komposisi massa raga yang cocok untuk membuat benda keramik dengan basis tanah lempung tertentu. Sampai saat ini telah didapat beberapa komposisi dengan basis tanah Kalimantan, Lombok dan Bali” jelasnya.
Lebioh lanjut Suradharmika mengungkapkan bahwa pengembangan ke depannya, UPT PSTKP Bali akan mengembangkan teknologi porselin, karena teknologi porselin dapat dimanfaatkan untuk seni juga keramik maju. ”Kami telah mengembangkan lumpur lapindo untuk grosir, gerabah konveensional, stoneware warna, bata dan genteng konvensional, bata dan genteng geopolimer, gerabah geopolimer dan paving. Selain melimpah, lumpur lapindo harganya juga murah dan sifatnya bagus sebagai bahan pengikat”. Tegasnya.
Menurut data yang didapat dari Badan penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), setiap harinya lumpur dengan kandungan air tinggi yaitu 70-80% dibuang ke Sungai Porong hingga 72.000 m3. ”Dalam perhitungan yang kami lakukan, dengan harga mentah keramik sebesar Rp.936.000.000,- - Rp.1.404.000.000/hari. Disini kami melihat adanya peluang yang bisa ditangkap oleh perajin-perajin keramik untuk menjadikan lumpur lapindo sebagai bahan baku”, kata Suradharmika. (Spy).