Walau Diturunkan, Tarif Tol Masih Mahal
Anggota Komisi V DPR RI, Bambang Haryo Soekartono (F-Gerindra)/Foto:Jaka/Iw
Walaupun pemerintah berencana menurunkan tarif tol untuk golongan kendaraan III, IV, dan V, tarif tol dirasa masih mahal untuk angkutan logistik. Idealnya, tarif tol bisa jauh lebih murah dari ketentuan tarif yang ada sekarang.
Demikian disampaikan Anggota Komisi V DPR RI Bambang Haryo Soekartono kepada Parlementaria saat ditemui di ruang kerjanya di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (28/3/2018). Apalagi, ruas tol yang selama ini dibangun Pemerintahan Jokowi banyak yang tidak dimanfaatkan oleh pengguna angkutan logistik. Angkutan logistik hanya 1 persen memanfaatkan tol yang dibangun Pemerintahan Jokowi. Sisanya masih dimanfaatkan angkutan pribadi.
“Harusnya biaya tol bisa sangat murah,” katanya saat membincang berbagai proyek infrastruktur yang sedang masif dibangun pemerintah, seraya menambahkan, "Pemanfaatan tol mestinya untuk kendaraan logistik bukan kendaraan pribadi. Sekarang yang memanfaatkan untuk logistik hanya 1 persen di semua ruas tol Jokowi. Sementara di tol non Jokowi pemanfaatanya bisa sampai 90 persen untuk logistik."
Bambang mengungkapkan, ternyata banyak ruas tol yang dibangun pemerintah, terutama di Pulau Jawa tak bermanfaat. Tol Surabaya-Kertosono, misalnya, hanya dilalui truk pengangkut logistik sebanyak 1-2 persen saja. Tol sepanjang 90 kilometer ini dibangun oleh pemerintahan Jokowi. Sementara tol Jakarta-Cikampek dilalui 80-90 persen truk logistik. Tol ini dibangun jauh sebelum pemerintahan Jokowi.
“Tol yang dibangun di era Jokowi tidak laku. Truk tidak mau masuk tol, karena terlalu mahal,” kilahnya. Pembangunan banyak ruas tol di era Jokowi, sambung Bambang, tak berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan buang-buang anggaran saja. Apalagi, tarif tol di Indonesia adalah yang termahal di ASEAN.
Pada bagian lain, Bambang juga mengungkap pembangunan ruas tol Samarinda-Balikpapan di Kalimantan yang menelan biaya Rp9,9 triliun. Saat bersamaan, pemerintah juga membangun bandara di Samarinda yang menelan biaya Rp1,4 triliun. Menurutnya, tol Samarinda-Balikpapan tidak akan bermanfaat untuk mempercepat angkutan penumpang dan logistik, karena adanya pembangunan bandara di Samarinda itu.
Rencana awalnya, ungkap Banmbang, sebetulnya ingin membangun tol Samarinda-Balikpapan. Tapi, di Samarinda juga ternyata akan dibangun bandara, sehingga masyarakat kelak akan cenderung memilih transportasi udara lewat bandara Samarinda daripada akses tol Samarinda-Balikpapan. "Dengan adanya bandara baru di Samarinda, maka pemanfaatan tol untuk mempercepat angkutan tidak bermanfaat."
Apalagi, jalan arteri rugulernya saja load factor-nya masih 30-40 persen dan load factor bandara di Balikpapan masih 30 persen. "Jadi, ngapain dibangun tol Samarinda-Balikpapan," katanya penuh tanda tanya. Ini bukti pembangunan infrastruktur jalan yang selama ini dibangun pemerintah tak berdasarkan skala prioritas. Asas manfaat dari pembangunan infrastruktur juga sering tak dipikirkan pemerintah. (mh/sf)