PRIYO AJAK ANGGOTA APA TERUSKAN AGENDA PENGENTASAN KEMISKINAN YANG BELUM SELESAI
Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso mengajak seluruh Anggota Asian Parliamentary Assembly (APA) melanjutkan Sub Komisi Pengentasan Kemiskinan untuk menuntaskan agenda yang belum selesai.
Ajakan itu disampaikan saat membuka Sub Committee meeting on Alleviating Poverty in Asia, di Hotel Inter Continental Jakarta, Selasa (12/11).
Priyo mengatakan, kemiskinan adalah masalah lama yang krusial bagi negara anggota APA yang kebanyakan memiliki jumlah penduduk yang besar dengan kondisi keterbelakangan yang bervariasi. negara, dalam beberapa dasawarsa memang telah berlangsung pertumbuhan ekonomi yang menakjubkan, seperti RRC dan India. Namun, tidak dipungkiri kemiskinan tetap bercokol dan mudah dieliminasi.
Priyo menambahkan, banyak hal yang tidak terpikirkan di masa lalu, namun pada millennium baru ini bermunculan, termasuk yang terkait dengan kemiskinan. Dalam hal ini, katanya, kekeliruan kebijakan ekonomi, kompetisi ekonomi yang liar, dan lemahnya kontrol terhadap para pelaku ekonomi, menciptakan kian banyak yang kehilangan pekerjaan dan alat produksi mereka.
Demikian pula, krisis ekonomi global memunculkan kelompok-kelompok miskin di negara maju dan negara lain yang selama ini bergantung pada perdagangan internasional dan pinjaman luar negeri.
Sehingga dapat dikatakan, globalisasi, liberalisasi, persaingan bebas dan neo-liberalisme dapat berdampak pada meluasnya kemiskinan. Dalam hal ini, etika bisnis dan respons pemerintah yang konstruktif menjadi faktor penting yang harus diperhatikan kembali.
Priyo mengatakan, Millenium Development Goals (MDGs) yang diluncurkan tahun 2000 telah memasuki tahun ke sepuluh. Setiap negara telah melakukan upaya untuk memperbaiki kondisinya dalam rangka upaya pengentasan kemiskinan dan kelaparan, akses yang universal, memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, angka kematian anak dan peningkatan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya.
Selain itu, juga mendorong pembangunan berkelanjutan dan peningkatan global bagi pembangunan. “Setiap kawasan menunjukkan tingkat kemajuan yang baik dalam pencapaian MDGs,” katanya.
Priyo menegaskan, tingginya angka pengangguran dan kemiskinan berdampak serius bagi upaya sasaran MDGs karena mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya, memenuhi pasokan gizi yang cukup bagi keluarga, menjamin akses bagi pelayanan kesehatan yang memadai serta lingkungan tinggal yang layak bagi anggota keluarga.
Menurutnya, kemiskinan juga mengancam kemajuan yang telah diperoleh dalam pembangunan masyarakat seperti penyetaraan gender dan meningkatkan mutu pendidikan anak.
Di sisi lain, dampak krisis juga telah memberikan tekanan budgeter terhadap kemampuan pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan terutama untuk dapat memajukan pencapaian MDGs melalui tersedianya akses bagi penduduk atas pekerjaan yang layak, pendidikan, pelayanan kesehatan dan obat-obatan serta pangan terjangkau yang layak asupan gizinya.
Priyo mengatakan, upaya pengentasan kemiskinan ini perlu selalu dilakukan, agar tercipta dunia yang aman dan sejahtera bagi generasi mendatang. (tt,si,ra) foto: Doeh/parle/DS