Perlu Sinergi Tuntaskan Stunting di NTB

20-03-2019 / KOMISI IX
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Ermalena saat memimpin pertemuan antara Tim Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspek) Komisi IX DPR RI dengan Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Foto: Erman/rni

 

 

 

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Ermalena mengatakan, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memang sudah memberikan perhatian dalam menangani masalah kekurangan gizi terutama stunting. Namun ia berpesan agar semua stakeholder bersama dengan masyarakat NTB untuk saling bersinergi dalam menuntaskan masalah stunting yang juga merupakan program nasional ini.

 

Pesan tersebut diungkapkan Erma, sapaan akrabnya, saat memimpin pertemuan antara Tim Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspek) Komisi IX DPR RI dengan Dinas Kesehatan Provinsi NTB beserta stakeholder bidang kesehatan dalam rangka pengawasan terhadap penanganan anak gizi buruk dan anak stunting, di Mataram, NTB, Selasa (19/3/2019).

 

“Peran serta dari semua stakeholder harus terus ada. Mulai dari tenaga medis kemudian pemerintah daerah juga masyarakat. Kita sudah dengarkan bahwa partisipasi masyarakat NTB luar biasa. Beberapa kebijakan pemerintah daerah yang diintegrasikan dengan program-program besar, maupun bantuan yang terstruktur kepada daerah tertentu itu tidak berdampak cukup signifikan tanpa adanya sinergi," terang Erma.

 

Ia berharap Pemprov NTB membuat peraturan daerah (perda) yang mengharuskan adanya tindakan-tindakan yang ekstrem untuk bisa menyelesaikan masalah-masalah stunting yang ada di NTB. Sehingga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di NTB bisa naik menjadi rangking ke-28. Diketahui pada rilis Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, IPM di NTB berada pada rangking ke-29.

 

"Harus terus meningkatkan program-program inovatif. Saya tahu persis bahwa di Lombok Barat sudah memberikan tablet zat besi kepada seluruh anak-anak usia produktif. Usia produktif itu pada usia setingkat SMP dan SMA untuk mengatasi anemia. Kalau anemia ini teratasi, maka menjadi lebih sempurna," terang politisi fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.

 

Selanjutnya Erma ingin melihat ada intervensi terhadap pola asuh anak. Diketahui pernikahan dini di NTB masih sangat tinggi dan konsekuensinya adalah putus sekolah. Dari segi emosional juga ekonomi dapat dipastikan belum siap, tentu hal ini akan berdampak pada pola asuh anak-anaknya kelak. "Mereka belum mengerti bagaimana mengasuh anak, belum mengerti memilih makanan yang cocok untuk anak-anak," pungkas legislator dapil NTB ini.

 

Kunjungan Kerja Spesifik ke NTB ini juga diikuti oleh Anggota komisi IX DPR RI Imanuel Ekadius Blegur dan Julianus Pote Leba dari Fraksi Partai Golkar, Sumarjati Arjoso dari Fraksi Partai Gerindra serta Muhammad Iqbal dari Fraksi PPP. (es/sf)

BERITA TERKAIT
Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Komisi IX Minta Masyarakat Tak Panik
10-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh mengapresiasi langkah cepat Kementerian Kesehatan terkait ditemukannya virus Human...
Dukung MBG, Kurniasih: Sudah Ada Ekosistem dan Ahli Gizi yang Mendampingi
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati, menyatakan dukungannya terhadap implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang...
Nurhadi Tegaskan Perlunya Pengawasan Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, menegaskan komitmennya untuk mengawal pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang...
Dukung Program MBG, Legislator Tekankan Pentingnya Keberlanjutan dan Pengawasan
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Pemerintah secara resmi meluncurkan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pada 6 Januari 2025 di 26 provinsi. Program...