Infrastruktur Gas Jadi Kendala di Indonesia Timur
Anggota Komisi VII DPR RI Mercy Chriesty Barends Foto : Chasbi/mr
Anggota Komisi VII DPR RI Mercy Chriesty Barends menilai, demand gas di Indonesia bagian timur ke depannya berpotensi terus meningkat. Untuk itu, ia meminta Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk mempercepat akselerasi pengembangan gasifikasi di Indonesia bagian timur. Apalagi kondisi geografis Indonesia bagian timur yang cukup rumit, sehingga menjadi kendala untuk mempercepat gasifikasi. Meski demikian pihaknya tetap optimis mendukung persoalan di tingkat up stream, middle stream dan down stream tersebut.
“Persoalan di kawasan timur Indonesia yang sangat mendasar adalah masalah geografis. Perlu dipikirkan cara pengembangan infrastruktur gas di Indonesia timur. Dari sisi transportasi kita kembangkan menjadi virtual pipeline. Virtual pipeline bukan pipa yang sesungguhnya melainkan moda transportasi yang bisa menghubungkan seluruh instalasi pipa dari hulu ke hilir, sehingga gas yang dihasilkan dapat diterima oleh masyarakat,” jelasnya saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (22/7/2019).
Politisi PDI-Perjuangan tersebut mengatakan, transportasi yang berkaitan dengan virtual gas antara lain bisa dikembangkan dalam bentuk tracking, pipeline dan juga pengembangan storage. Jadi menghubungkan kapal-kapal tanker gas antar daerah atau antar pulau kemudian diterima oleh sub penyalur baik ditingkat provinsi, kabupaten/kota dan tingkat pedesaan.
“Ini memang cukup rumit, bagaimana virtual pipeline dapat memberikan daya guna yang tinggi di banyak pulau di Indonesia ini. Berkaitan juga dengan pulau yang besar, diantara ribuan pulau ini ada pulau besar yang dikembangkan dalam bentuk city gas. Nah infrastruktur city gas ini ternyata memang membutuhkan kerja sama dari semua pihak, mulai dari masyarakat pemilik lahan, operator pengelola, pemerintah daerah dan pemerintah pusat,” saran Mercy.
Legislator asal daerah pemilihan Maluku itu berharap gas yang dihasilkan ini tidak terbuang percuma, “Ya, karena gas tidak seperti BBM yang ada bunker-nya yang bisa disimpan, gas ini jika tidak dipakai maka akan dibakar. Seluruh insfrastruktur ini harus dihitung secara matang, agar tidak terjadi defisit. Implementasi yang berkaitan dengan city gas ini kami harap dapat dilaksanakan dengan baik,” harap Mercy. (cas/sf)