Perlu Keseimbangan Perusahaan BUMN dengan Swasta

25-06-2019 / KOMISI VII
Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Pabrik Semen Besowa, di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan Foto : Singgih/mr

 

 

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam meminta pemerintah menyeimbangkan serapan pasar antara perusahaan di bawah naungan BUMN dengan perusahaan swasta. Menurut Ridwan, keseimbangan itu penting terutama untuk menjaga kestabilan ekonomi nasional. Diketahui saat ini perusahaan BUMN sudah menguasai pasar dalam negeri hingga lebih dari 50 persen, tentu saja perusahaan swasta merasa dirugikan.

 

“Dengan adanya kebijakan sinergi BUMN, sehingga proyek-proyek pemerintah memakai produk-produk BUMN juga. Ini perlu menjadi perhatian, pemerintah juga perlu memperhatikan perusahaan swasta, karena jika perusahaan swasta turun bisa mengakibatkan ekonomi kita goyang,” ungkap Ridwan saat memimpin Tim Kunjungan Kerja ke Pabrik Semen Besowa, di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (22/6/2019).

 

Politisi Fraksi Partai Golkar ini menjelaskan, ekonomi yang ideal seharusnya roda perekonomian sepertiga dijalankan oleh negara (BUMN) serta selebihnya dikelola oleh swasta. Karena negara harus menjadi lokomotif penggerak perekonomian. “Jangan BUMN menjadi lokomotif sekaligus juga menjadi gerbongnya, yang seharusnya gerbongnya menjadi milik rakyat (swasta),” tambah Ridwan.

 

Ia mencontohkan penggunaan semen pada proyek infrastruktur, dimana pemerintah mengunakan semen di bawah naungan BUMN. Memang sinergi BUMN berdampak positif, namun tanpa harus mengesampingkan pihak swasta yang selama ini menjaga stabilitas perekonomian nasional.

 

Pada kesempatan yang sama, Pimpinan PT. Semen Besowa Subhan Aksa Mahmud menyampaikan bahwa Pabrik Semen Bosowa memiliki kapasitas produksi sekitar 2,8 juta ton per tahun. Produksi semen menurutnya sudah Over supply sekitar 35 persen tahun ke tahun dari serapan produksi.

 

Subhan Aksa juga berharap perlunya sektor transportasi yang mumpuni seperti ketersediaan kapal internasional. “Contohnya di Negara Vietnam dan Singapura yang mempunyai cost pengangkutan lebih murah dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mereka yang lebih rendah. Tentunya di bagian cost yang selama ini menghambat Kapal Cargo Indonesia, yaitu keterbatasan harga BBM, Jumlah quantity ekspor, Sektor Pelabuhan dan lainnya,” pungkasnya. (skr/es)

BERITA TERKAIT
Program MBG Diluncurkan: Semua Diundang Berpartisipasi
06-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Gizi Nasional dijadwalkan akan meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hari ini, Senin, 6 Januari 2025....
Komisi VII: Kebijakan Penghapusan Utang 67 Ribu UMKM di Bank BUMN Perlu Hati-Hati
04-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay menyoroti rencana pemerintah yang akan menghapus utang 67 ribu...
Pemerintah Diminta Tingkatkan Daya Saing Produk UMKM dan Ekonomi Kreatif Indonesia
03-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini dituntut untuk menata dan...
Dina Lorenza Dukung Kenaikan PPN: Harus Tetap Lindungi Masyarakat Menengah ke Bawah
24-12-2024 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Dina Lorenza mendukung rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen...