Penggunaan Dana Sawit Sudah Mendesak
Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI ke Pekanbaru, Provinsi Riau Foto : Oji/mr
Anggota Komisi XI DPR RI Ecky Awal Mucharam menekankan diperlukan dana pungutan sawit untuk program replanting ratusan ribu hektar lahan milik petani sawit plasma yang belum tersentuh oleh program Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Penggunaan dana sawit untuk replanting ini dinilai sudah cukup mendesak.
“Dana sawit secara akumulatif jumlahnya sudah mencapai puluhan triliun, tetapi prosentase untuk bantuan ke petani plasma masih kecil sekali. Justru perusahaan-perusahaan besar yang banyak menikmati," ungkap Ecky saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI ke Pekanbaru, Provinsi Riau, Jumat (28/6/2019).
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan, Komisi XI DPR RI fokus agar porsi dana pungutan sawit untuk petani plasma diperbesar. Dirinya juga mengakomodir keluhan para petani plasma sawit terkait dana replanting, antara lain persyaratan sertifikasi lahan, pemanfaatan hasil riset, pelatihan serta pendampingan dalam pengelolaan perkebunan sawit.
“Kita sudah dengar langsung bagaimana para petani plasma masih merasa kesulitan memperoleh bantuan dana sawit karena belum bisa memenuhi persyaratan antara lain sertifikasi lahan. Kami harapkan BPDPKS merespon keluhan petani dan ikut membantu mempermudah proses penyaluran bantuan sesegera mungkin agar target replanting tercapai," tandas Ecky.
Di sisi lain, hilirisasi produk sawit di Indonesia sangat terlambat jika dibandingkan dengan Malaysia. Indonesia baru sampai pada 2-3 turunan dengan variasi yang masih kurang. “Perlu ada insentif pada lembaga-lembaga riset dan industri untuk mengembangkan hilirisasi produk sawit ini dan kita akan support melalui pemanfaatan dana dari BPDPKS," pungkas legislator dapil Jawa Barat itu.
Direktur Keuangan, Umum, Kepatuhan dan Manajemen Resiko BPDPKS Catur Ariyanto Widodo menyebutkan perbaikan kesejahteraan petani melalui pendataan petani sawit rakyat dan penyediaan kartu pekebun sawit, program peningkatan daya saing serta penyediaan referensi harga Tandan Buah Segar (TBS) dan aplikasi petani sawit. “Sementara untuk investasi pada industri hilir yaitu program konversi sawit menjadi Bio-Hydrocarbon Fuel (riset pembuatan katalis) serta insentif kepada industri oleokimia," tutup Catur. (oji/sf)