Proyek IKN Merupakan Ujian Peradaban
Anggota Komisi VI DPR RI Deddy Yevri Hanteru Sitorus. Foto : Erlangga/mr
Anggota Komisi VI DPR RI Deddy Yevri Hanteru Sitorus menegaskan bahwa pembangunan Ibu Kota Negara baru merupakan bagian dari ujian peradaban. Sebab di zaman modern ini Indonesia merupakan negara terakhir di dunia yang berupaya membangun pusat kota. Menurutnya benchmarking sangat diperlukan dalam upaya membangun peradaban baru tersebut.
Hal ini ia ungkapkan ketika melaksanakan rapat dengan empat Badan Usaha Milik Negara seperti Angkasa Pura I, Pelindo IV, Jas Marga, dan PLN dalam upaya mereka membangun ibu kota negara baru di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (5/12/2019). Deddy meminta BUMN tersebut untuk menganggap ini sebagai sebuah ujian dan mendorong mereka melakukan yang terbaik.
“Jadi kita mau bilang bahwa ini ujian. Dan kita dari Komisi VI ingin BUMN semua give your best-lah. Jangan buat sesuatu yang biasa-biasa saja. Apalagi, proyek-proyek yang biasa saja. Ini ujian peradaban. Bisa engga kita bikin lebih baik daripada Candi Borobudur. Kan, kira-kira seperti itu nih. Jadi, jangan nanggung-nanggung,” sebut politisi PDI-Perjuangan tersebut.
Deddy menilai bahwa selama ini peradaban kehidupan di Indonesia merupakan hal terbaik yang pernah ada di dunia seperti misalnya peradaban Hindu-Buddha yang selalu menjadi rujukan dunia. Sehingga pembangunan ini dibutuhkan pembuktian yang jelas. Maka itu dalam pembangunan tersebut perlu leadership yang kuat supaya ada sinergi nyata agar tidak terjadi tumpang tindih.
“Saya melihat di sini perlu leadership yang kuat supaya ada sinergi benar-benar jangan ada tumpang tindih. Nanti PLN gali kabel abis itu telkom lagi. Yang kayak gini, kan, kacau balau ini wajahnya Indonesia. Kita harus buktikan bahwa kita ini memang Indonesia. Ini kalau menurut sejarahnya, itu bisa dibilang tempat paling paripurna. Hutan-hutan kita lebih kaya dari Amazon. Dari seluruh bentangan khatulistiwa, ini paling hebat,” ujar Deddy.
Politisi Dapil Kalimantan Utara ini berharap agar BUMN yang mendapat kesempatan berkarya dalam pembangunan ini tidak terhambat oleh ego sektoral masing-masing instansi. Sehingga harus ada kolaborasi sinergi yang benar-benar baik dan tidak bernafsu. Sehingga yang dihasilkan itu memang batu peradaban atau sesuatu yang longlasting bagi kehidupan dunia.
“Ini akan jadi ibu kota negara, kota administratif, bukan kota industri. Jadi kalau tadi saya lihat misalnya Pelindo sangat ekspansif dengan segala macamnya itu, hitung lagi yang benar. Dan harap dilihat kita berharap ibu kota baru ini menjadi stimulan mendorong gerak pembangunan di seluruh Kalimantan. Bukan hanya wilayah spesifik ini. Jadi harus dilihatnya dari satu kesatuan ekosistem pulau Kalimantan dan berpengaruh bagi dunia,” jelas Deddy. (er/mh)